Latest update January 26th, 2025 6:13 AM
Sep 07, 2017 broadcastmagz Behind The Scene Comments Off on Banda The Dark Forgotten Trail
“Pedagang-pedagang bangsa Melayu mengatakan, Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana, Maluku untuk cengkeh dan Banda untuk pala.” (Tome Pires dalam Suma Oriental, 1512-1515)
Pada abad pertengahan, segenggam pala di Pasar Eropa dianggap lebih berharga dari seperti emas. Monopoli bangsa arab dan perseteruan dalam perang salib membawa Eropa ke dalam perburuan menemukan pulau-pulau penghasil rempah. Perseteruan bangsa-bangsa terjadi akibat rempah-rempah. Kepulauan Banda yang saat itu menjadi satu-satunya tempat pohon-pohon pala tumbuh menjadi kawasan yang paling diperebutkan. Belanda bahkan rela melepas Nieuw Amsterdam (Mannhatan, New York) agar bisa mengusir Inggris dari kepulauan tersebut. Pembantaian massal dan perbudakan pertama di Nusantara terjadi di Kepulauan Banda. Di sana pula, sebuah semangat kebangsaan dan identitas multikultural lahir menjadi warisan sejarah dunia.
Ya, kepulauan Banda yang kini terlupakan pada masa lalu menjadi satu dari beberapa kawasan paling diburu karena menghasilkan pala. Pala yang dihasilkan di Banda adalah pala kualitas terbaik. Sejak diperkenalkan oleh para pedagang Cina, pala menjadi salah satu komoditi rempah yang ditaksir dengan harga yang sangat tinggi. Segenggam pala pernah dianggap lebih bernilai dari segenggam emas. Hal tersebut membuat para pedagang Cina menutupinya dengan kain sutera.
Jalur Sutera begitu dikenal di seluruh dunia yang sebenarnya merupakan usaha menutupi Jalur Rempah. Namun kebenaran sesungguhnya, karena rempah-lah ekspedisi-ekspedisi besar dari Eropa diluncurkan, saling berlomba untuk mencapai pulau kecil di Timur ini.
Sejarah Banda penuh dengan darah dan kesedihan. Masa depan Banda dan pala berubah saat Jan Pieterszoon Coen yang saat itu sudah berbendera VOC tiba di Banda dan melakukan aksi paling brutal sepanjang sejarah. Dari jumlah 14.000 orang, setelah peristiwa pembantaian pada tahun 1621 jumlah penduduk asli kepulauan Banda hanya tersisa 480 orang. Eksodus besar-besaran dari Banda mengakibatkan penduduk asli Banda sulit sekali ditemukan terutama di kepulauan Banda. Di sisi lain, eksodus besar-besaran tersebut menjadikan Banda sebuah kawasan yang unik karena dihuni berbagai suku bangsa di Nusantara, Arab, Tionghoa, dan Eropa. Masyarakat inilah yang membentuk masyarakat Banda hari ini.
Perseteruan Belanda dan Inggris selama bertahun-tahun di Banda, berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Breda pada tahun 1667 yang berisi penyerahan Pulau Run dari Inggris ke Belanda dan sebagai gantinya Inggris mendapatkan hak atas Nieuw Amsterdam (Mannhatan, New York) yang waktu itu dinilai sebagai ganti rugi yang cukup atas Pulau Run.
Banda turut pula berperan penting dalam lahirnya Indonesia. Di Banda, kolonialisme dimulai, tetapi di Banda pula ide-ide kebangsaan lahir. Pada saat hampir bersamaan 4 orang founding fathers Indonesia, Moh Hatta, Sutan Sjahrir, Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma Sumantri dibuang ke Banda Neira. Kisah terusirnya pribumi dan kedatangan bangsa-bangsa yang kemudian menjadi orang Banda dalam ragam interaksi sosial budaya membuat Sutan Sjahrir menjadikannya sebagai salah satu gagasan dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945.
Banda dan keberagamannya merupakan cerminan Indonesia dengan keberagaman budayanya.
Mengisahkan kehidupan di Kepulauan Banda dan pala saat ini adalah mengisahkan kisah-kisah tersembunyi yang membentuk kehidupan manusia hari ini. Kepulauan Banda dengan pala pada satu masa telah menjadi penyebab migrasi manusia secara besar-besaran dari satu kawasan ke kawasan lain dan menciptakan ruang akulturasi bangsa bangsa dari seluruh penjuru dunia.
Saat ini Banda tetap bertahan dengan industri perikanan dan pariwisata bawah lautnya. Pala banda yang pernah menjadi koordinat penting dalam sejarah penjelajahan dan penaklukkan manusia, hari ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa saat ini tidak lagi lebih dari komoditas sampingan karena tidak adanya inovasi dan kebaruan. Banda tetap bertahan walaupun dengan denyut nadi yang lemah.
Hal ini semua terekam dalam Banda the Dark Forgotten Trail. Banda the Dark Forgotten Trail adalah sebuah karya film panjang dokumenter yang diproduksi oleh Lifelike Pictures, yang diproduseri oleh Sheila Timothy dan Abduh Aziz, naskah ditulis oleh Irfan Ramli (penulis Cahaya Dari Timur, Surat Dari Praha dan Filosofi Kopi 2), dan disutradarai oleh Jay Subyakto. Departemen Kamera dipimpin oleh Sinematografer Ipung Rachmat Syaiful, ICS dengan didukung oleh second unit camera Davy Linggar dan Oscar Motuloh.
Banda the Dark Forgotten Trail menjadi film panjang pertama dari Jay Subyakto. Ketertarikan dan perhatian Jay dari dulu terhadap pulau Banda, bersambut dengan tawaran yang datang dari Sheila untuk menyutradarai film ini. Menurut Jay, film ini penting karena melupakan masa lalu, adalah sama dengan mematikan masa depan bangsa. Sangat penting Banda Neira buat bangsa kita karena di sini lahir banyak pemikiran, lahir banyak kepedihan, lahir banyak semangat, dan lahir banyak ironi yang terjadi sampai hari ini.
Pengalaman pertama dalam menyutradarai film panjang ini dikatakan Jay sebagai suatu pengalaman yang sangat mengesankan. “Melakukan suatu pekerjaan yang kita cintai dengan tim terbaik di negeri surgawi,” ungkap Jay. Senada dengan Jay, Irfan Ramli sebagai penulis naskah mengatakan bahwa Banda the Dark Forgotten Trail adalah satu dari sedikit upaya untuk menegaskan relasi antara masa lampau dengan persoalan-persoalan kekinian. Menelusuri masa lampau artinya mempelajari apa yang terjadi dan yang akan terjadi, menjadi bagian dari identitas dan kesadaran komunal.
Komentar:
Jay Subyakto (Sutradara)
Ketika Lala Timothy dari Lifelike Pictures menawarkan kesempatan ini ke saya, awalnya saya kaget. Disampaikan oleh Lala bahwa formatnya adalah dokumenter. Kemudian makin tertarik lagi ketika mengetahui bahwa film ini akan bicara tentang jalur rempah dan konsentrasinya hanya di Banda. Karena baru saja beberapa bulan sebelumnya, saya kembali dari Banda bersama teman-teman. Dan bagi saya, Banda adalah permata dunia. Bagaimana tidak? 500 tahun yang lalu, seluruh dunia mencari pulau ajaib ini. Sebuah perjalanan eksplorasi manusia untuk mencari sebuah tempat yang mempunyai hasil bumi yang luar biasa, yang bisa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan pada waktu itu.
Sheila Timothy (Produser)
Ketika saya mengunjungi eksebisi Jalur Rempah tahun lalu, ada satu kalimat yang menarik perhatian saya, dimana di situ tertulis bahwa sebenarnya Jalur Sutera itu ada karena Jalur Rempah. Kalimat tersebut menjadi bahan diskusi saya dan suami yang kebetulan juga hadir di eksebisi itu. Saat itu kami merasa bahwa penting untuk berbuat sesuatu untuk mempromosikan Jalur Rempah, sehingga lebih banyak lagi orang paham akan kebesaran bangsa kita.
Abduh Aziz (Produser)
Tema tentang sejarah Banda sudah lama menjadi obsesi pribadi saya selaku pembuat film dokumenter, karena narasi mengenai kegemilangan sekaligus kehancuran kejayaan Nusantara di masa lalu masih langka dihadirkan dalam film Indonesia hingga hari ini. Narasi yang sesungguhnya memberikan inspirasi luar biasa tentang jati diri kita, tentang menjalani proses menjadi Indonesia beserta tantangan-tantangan yang dihadapinya.
Informasi Teknis:
Genre: Documentary Feature, Indonesian Release date: 3 August 2017
Running Time: 94 minutes, Color/5.1 surround sound, Rating: Semua umur/All ages
Narrator (Indonesian): Reza Rahadian, Narrator (English): Ario Bayu
Narasumber: Dr. H. Usman Thalib, Pongky Van den Broeke, Wim Manuhutu
Jan 26, 2025 0
Jan 26, 2025 0
Jan 25, 2025 0
Jan 25, 2025 0
Jul 29, 2024 Comments Off on Film Wasiat Warisan Masuki Fase Pengambilan Gambar di Danau Toba, Usung Trio Derby Romero, Sarah Sechan dan Astrid Tiar
Mar 12, 2024 Comments Off on Behind The Scene: “Kartolo Numpak Terang Bulan”, Karya Kolaborasi Air Films & SMK Dr. Soetomo Surabaya (2)
Mar 11, 2024 Comments Off on Behind The Scene: “Kartolo Numpak Terang Bulan”, Karya Kolaborasi Air Films & SMK Dr. Soetomo Surabaya (1)
Jun 08, 2021 Comments Off on NET. HADIRKAN “NET. ON TOP”, PANGGUNG MUSISI LINTAS GENRE & BAROMETER Terbaru Musik INDONESIA
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Nov 08, 2024 Comments Off on KPI Gelar Anugerah KPI 2024: “Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju”
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...