Latest update September 27th, 2023 8:43 PM
May 15, 2018 broadcastmagz Column Comments Off on 4 Kebiasaan Komunikasi yang Menyebalkan (Andy Rustam)
Barangkali kita semua pernah mempunyai seorang teman yang apabila dia berbicara mengobrol dengan kita, cara dia berbicara terdengar tidak menyenangkan bagi kita yang mendengarnya. Terus kita jadi malas dan akhirnya pergi meninggalkan dia. Apalagi kalau orang seperti ini ada di lingkungan kantor atau tempat kita bekerja dan kita terpaksa harus ketemu dia setiap hari. Duuuh males banget, khan? Nah, tulisan saya kali ini membahas bagaimana caranya kita berbicara dengan gaya yang lebih menyenangkan, supaya yang mendengarkan juga tidak malah pergi, kesal, atau marah. Sebenarnya hanya ada 4 kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh setiap orang ketika mereka berbicara. Apabila kita bisa menghilangkan 4 kebiasaan buruk ini maka dengan sendirinya gaya kita berbicara menjadi lebih menarik untuk didengarkan dan diikuti.
1. Kalimat Instruktif atau Tendensius
Penggunaan kalimat model ini sepertinya sudah jadi kebiasaan dalam percakapan sehar-hari, bahkan di antara sesama teman. Contoh 1: “ Makanya… tadi kamu ngga cepat bangun sih, jadinya kita terlambat deh”. Kalimat ini sepertinya biasa saja, tetapi sesungguhnya tersirat bahwa kalimat ini melontarkan tuduhan (tendensius) bahwa keterlambatan ini disebabkan oleh dia yang terlambat bangun, padahal belum tentu itu penyebab utamanya. Contoh 2: “Kamu harusnya bersikap baik dan memahami bagaimana posisi saya dong”. Kalimat ini terkesan instruktif, mau enak sendiri, karena mengharuskan orang lain melakukan sesuatu demi kepentingan dirinya. Penggunaan kalimat-kaliimat seperti ini ketika Anda sedang berbicara, sangat tidak enak terdengar ditelinga orang lain (bukan hanya orang yang diajak bicara saja). Ciri kalimat seperti ini biasanya banyak menggunakan kata “kamu / Anda” dan juga “saya / Aku”. Coba pikirkan kalimat lain tetapi memiliki maksud yang sama. Contoh 1 setelah diperbaiki: “Waduh kita terlambat nih… Besok berangkat lebih pagi deh, biar kita nggak terlambat lagi…” Contoh 2 setelah diperbaiki: “Dalam satu tim kerja, wajar sebagai atasan meminta agar anak buahnya menunjukkan sikap yang baik. Untuk selanjutnya, tentu menjadi harapan kita agar bisa saling memahami posisi kita masing-masing”. Dari contoh-contoh tersebut, sudah bisa Anda rasakan bedanya, bukan?”
2. Menyamaratakan (Generalisasi) untuk Sesuatu yang Negatif
Kalimat-kalimat seperti ini belakangan ini lagi ramai digunakan oleh para provokator politik. Padahal kalau kita mau berpikir normal sudah pasti kalimat tersebut tidak benar dan tidak masuk akal, tetapi tetap saja digunakan karena tujuannya adalah untuk membakar emosi. Contoh dalam sebuah obrolan terdengar kalimat: “Teman gue tu males kerja tapi tampilannya maunya gaya terus walau duitnya pake minjem. Dasar ……! (menyebutkan suku tertentu)”. Sebenarnya kalau kita mau berpikir jernih, pastilah setiap diri manusia mempunyai sifat yang kurang dan sifat yang lebih, dan masing-masing tentu berbeda untuk setiap orang. Kita sering terjebak memiliki pandangan stereotype akibat terlalu sering mendapat masukan yang berat sebelah dan ditambah lagi kita sendiri tidak mau membuka diri, menambah wawasan. Dalam perjalanan hidup ini seyogyanya janganlah pernah berhenti belajar agar wawasan luas dan pikiran tidak sempit dalam menafsirkan dan menyampaikan pesan komunikasi. Kalau belajar pun jangan hanya belajar dari 1 orang atau 1 guru saja, karena mereka pun memiliki keterbatasan. Jadi, lain kali kalau Anda ingin mengkomunikasikan keburukan orang lain dengan maksud agar dapat ditarik pelajaran dari situ, maka gunakanlah kalimat yang spesifik (bukan umum). Contoh: “Masalah yang timbul ini sebenarnya dikarenakan faktor gaya hidup si A (bukan sukunya dan bukan agamanya) yang suka bermewah-mewah. Sementara si A sendiri tidak punya pekerjaan tetap”.
3. Pembicaraan Malah bukan Fokus pada Solusi Masalah
Sebuah perusahaan sedang mengalami masalah penurunan dalam penjualan. Kemudian diadakanlah rapat untuk mencari solusi bagi permasalahan ini. Tetapi seringkali pembicaraan malah keluar dari tujuan rapat tersebut. Gara-garanya pimpinan rapat langsung menyalahkan bagian Sales sebagai penyebab turunnya penjualab. Lalu karena “diserang” maka bagian Sales kemudian menyalahkan bagian Produksi. Selanjutnya bagian Produksi menyalahkan bagian Keuangan dst dst. Ketika kita berkomunikasi dengan maksud untuk mengangkat sautu masalah, maka tentunya tujuan utamanya agar masalah itu dapat diselesaikan dan bukannya untuk mencari kesalahan siapa. Kalau kita perhatikan sebetulnya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Setiap hal (bahkan yang sudah baik sekalipun) hampir pasti selalu akan dapat kita temui kekurangannya. Yang perlu disadari adalah: Pertama, bahwa kekurangan tersebut itu yang menjadi awal masalah, dan harus kita perbaiki. Bukan untuk menjadi bahan celaan atau olok-olok kepada seseorang atau salah satu bagian. Kedua, sadarilah bahwa setiap masalah tidak pernah berdiri sendiri. Seringkali satu masalah muncul sebagai akibat dari beberapa sebab, yang merupakan akibat pula dari berbagai sebab yang lain. Kedua hal inilah yang bisa dikomunikasikan terlebih dahulu oleh pimpinan rapat, sehingga masing-masing peserta rapat sadar untuk melakukan introspeksi terlebih dahulu, mencari kaitannya dengan bagian lain dan baru kemudian berbicara untuk diajukan dalam rapat sebagai suatu usulan. Jadi kuncinya dalam mencari solusi masalah, masing-masing harus introspeksi (cari kekurangan diri sendiri terlebih dahulu) sebelum berbicara atau mengkomunikasikan usulan kita.
4. Mematikan / Mengecilkan / Merendahkan Pendapat atau Sosok Seseorang.
Pada dasarnya semua orang ingin dianggap (ingin dihargai). Dalam berkomunikasi, sering kali kita sebagai komunikator memiliki ego yang terlalu kuat dan merasa lebih pintar dari komunikannya. Lihat saja bagaimana seorang penyiar radio yang mengundang pendengar untuk menelpon menanggapi acara yang dibawakannya, tetapi ketika pendengar itu menelpon… eh… malah dijadikan bahan tertawaan. Terus terang waktu itu saya sedang mendengarkan juga siaran tsb, tetapi saya turut merasa tidak nyaman mendengar si penyiar seperti mengecilkan sosok si penelpon. Bukankah bahwa dia sudah mau keluar biaya pulsa untuk menelpon stasiun radio tersebut, itu merupakan sesuatu yang harus dihargai oleh si penyiar loh?? Memaki-maki juga merupakan cara berkomunikasi yang merendahkan orang lain. Masih banyak lagi contoh kalimat yang mengecilkan hati. Misal: “Jangan senang dulu, walau nilai rapor kamu bagus, tapi masih rangking 5 di sekolah, bukan juaranya!”; “Usulan kamu itu bukan hal yang baru…” Kalimat begini ini sungguh membuat orang kehilangan motivasi untuk berbuat lebih baik lagi. Sangat menyebalkan! (arm)
Sep 27, 2023 0
Sep 27, 2023 0
Sep 27, 2023 0
Sep 27, 2023 0
Sep 07, 2020 Comments Off on Berita Negatif di TV
Oct 07, 2019 Comments Off on Masalah Produk atau Pemasaran?
May 13, 2019 Comments Off on Bosan Siaran
Apr 03, 2019 Comments Off on PERBEDAAN GENERASI DALAM BROADCASTING
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Apr 27, 2023 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Kathy Permata, Content Creator Komedi Multitalenta
Jakarta, Broadcastmagz – Kathrine Permatasari atau...Apr 17, 2023 Comments Off on Lebih Dekat dengan CEO BINAR Alamanda Shantika
Nama Alamanda Shantika sudah tidak asing bagi pegiat...Mar 09, 2023 Comments Off on Mengenal Mr. Ng Ngee Khiang, Managing Director Epson Indonesia Yang Baru
Jakarta, 09 Maret 2023 – Epson Indonesia, menunjuk Ng...Oct 26, 2021 Comments Off on Dr. Harliantara, Drs., M.Si, Dari Praktisi Penyiaran Menjadi Dekan Fikom Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 1 Oktober 2021 boleh jadi menjadi salah satu hari...Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Jun 27, 2022 Comments Off on Lembaga Penyiaran Harus Lakukan Riset Guna Bersaing dengan Media Baru
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...