Latest update January 25th, 2025 1:51 PM
Nov 17, 2017 broadcastmagz Column Comments Off on SIKAP MENTAL DALAM MENERIMA INFORMASI
Beberapa bulan yang lalu, saya menghadiri acara halal bi halal di sebuah kantor bersama seorang teman yang dulu cukup akrab, namun sudah lama sekali tidak pernah jumpa. Dalam acara tersebut ada mata acara tauziah pendek yang disampaikan oleh seorang uztad. Ketika tauziah sudah selesai, dan dilanjutkann dengan acara ramah-tamah, makan-minum, tiba—tiba teman saya itu berbisik kepada saya, sebagai berikut: “Tadi loe dengerin khotbahnya si ustad, khan?”. Saya jawab: “Iya dong. Kenapa?”. Dia melanjutkan lagi: “Darimana loe tau bahwa si uztad tadi bohong atau ngga? Darimana loe tau dia bener atau salah?”. Saya tersenyum mendengar pertanyaan yang agak tidak biasa itu, tapi cukup membuat saya terdiam. Menerima sebuah informasi Secara tak sadar sebenarnya yang diajukan teman saya itu, sebuah pertanyaan yang sangat “cerdas”, yang seharusnya dilontarkan oleh semua orang ketika ia menerima sebuah pesan, atau sebuah informasi.
Maknanya, kita harus selalu memverifikasinya terlebih dahulu dan tidak menerima mentah-mentah saja apabila ada informasi yang datang. Juga jangan percaya saja dengan iklan penawaran investasi atau pembelian produk-produk diiming-imingi sesuatu yang “terlalu bagus untuk sebuah kebenaran (too good to be true)”. Misal: “Obat kanker yang dapat menyembuhkan kanker parah hanya dalam 8 minggu saja !!!”. Lalu diperlihatkan gambar , foto atau video untuk meyakinkan. Saya jadi hafal banget, bahwa umumnya berita/informasi yang berisi kebohongan itu selalu memiliki ciri-ciri salah satu atau semuanya dari 5: (1) Yang diijanjikan: Too good to be true (2) Isi berita-nya biasa mengusik sisi emosi(3) Pembuktian benar atau salah-nya butuh waktu (4)Menyertakan gambar-gambar / video (biasanya juga hasil editan), untuk lebih meyakinkan (5) Menampilkan sumber pihak ketiga/keempat sebagai testimoni untuk meyakinkan(6)Kalau sebuah iklan biasanya ada keterangan tertulis kecil: “Hasil berbeda utk setiap orang”. Jadi kalau anda menerima informasi yang memiliki salah satu saja (apalagi semuanya) dari ciri- ciri ini, anda sebaiknya waspada, dan mulai mencari verifikasi (= tabayyun. Maklum sekarang lagi musim memakai istilah arab..hehehe). Tentu saja kalau mau mencari verifikasi jangan mengambil data/keterangan yang bersumber dari dia juga atau dari kelompoknya.hanya menganggapnya benar.
Dengan kesadaran bahwa sebenarnnya, tidak ada satupun yang pasti benar, maka sikap kita dalam menerima sebuah informasi janganlah reaktif dan emosional. Apalagi dengan turut menyebar-luaskannya. Keep it to yourself first. Karena akibatnya bisa menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat dan pastinya secara tidak langsung Saya sendiri dalam menerima informasi di jaman sekarang, harus dengan sikap mental yang telah dipersiapkan, bahwa setiap informasi yang datang kepada saya, selalu tidak saya percayai terlebih dahulu.Walaupun media yang memberitakannya adalah media yang cukup baik kredibilitas-nya, tetap saja saya bersikap untuk tidak percaya terlebih dahulu (skeptic). Apalagi kalau medianya sudah tidak kredibel dalam pandangan saya. Mengapa? Karena dibalik media duduklah para konglomerat / pemilik dan manajemen yang masing-masing adalah juga manusia-manusia biasa yang mempunyai keinginan dan agenda-agenda tersendiri, yang tentunya harus menguntungkan diri mereka, bukan? Situs berita Internet Untuk diiketahui, jumlah situs berita yang menyiarkan berita2 yang tak dapat dipercaya ( spt: berita bohong / hoax, berita setengah bohong, berita plintiran, berita mengambang dsb) jauh lebih banyak daripada situs- situs berita yang kredibel (salah satu cirinya: berita selalu ter-update, memiliki alamat kantor yang jelas, memiliki susunan redaksi yang dapat dipertanggung-jawabkan).
Oleh karena itulah sikap mental dengan tidak langsung mempercayai berita yang masuk tanpa memverifikasi-nya, bahkan semakin penting bila kita menerima informasi/berita melalui situs-situs berita online. Anda meliihat berita muncul di internet, bukan berarti berita itu bisa dipercaya. Dengan semakin tersedianya aplikasi untuk membuat situs berita di internet, maka artinya, siapa saja (termasuk para teroris) dengan mudah dan dalam waktu singkat dapat membuat sebuah situs berita. Lalu supaya ada kredibilitas, situs abal2 itu diberi nama yang mirip-mirip nama/brand media nasional yang sudah memiliki kredibilitas baik. Misalnya: Harian Kompas, maka nanti mereka buat dgn nama Kompas News ; Liputan 6, nanti mereka buat dengan nama misalnya, Online Liputan 6.
Jadi sebenarnya dari nama situsnya saja kita sudah harus teliti dan waspada. Oleh karena itu janganlah kita malas melakukan verifikasi. Ciri-ciri situs abal-abal itu antara lain:(1) Nama address situsnya panjang (2) Seringkali itu bukan sebuah situs (bukan, .com / .co.id) melainkan sebuah blog..tertulisnya.. blogspot.com. Sebuah blog sifatnya milik pribadi yang ingin mengekspresikan diri/pikirannya(3) Periksa isinya. Biasanya Jarang ter- update..Artinya tanggal-tanggal dan jam pemuatan berita/info tidak rutin / tidak kontinyu. (4) tim & alamat redaksi tidak jelas (5) Narasumber yang dipakai tidak kompeten pada bidangnya atau juga sesungguhnya malah tidak ada narasumber tapi dikarang saja oleh si penulis (ini bisa diketahui kalau nama narasumber kita search di Googgle). (6) Gaya penulisan berita menggugah emosi, tendensius dan tidak seimbang. Mau percaya siapa? Kalau kita perhatikan dan mau berpikir, sebenarnya di dunia ini, sesuatu yang betul-betul benar itu tidak ada. Semuanya serba relative. Yang ada adalah hanyalah sesuatu yang kita anggap benar dan akhirnya kita yakini benar buat diri kita sendiri. Sebuah pendapat ilmiah yang dulu dianggap benar, di jaman sekarang, dengan bertambahnya ilmu pengetahuan, pendapat itu dianggap salah. Dulu alam semesta dianggap statis, ilmu pengetahuan yang lebih baru mengatakan bahwa alam semesta bergerak cepat saling menjau gar sebuah informasi. Apapun yang kita baca, kita dengar dan kita lihat, masuk ke dalam otak kita lalu diproses dengan memperbandingkan dengan data-data yang ada di dalam berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, kemudian otak kita menyimpulkan bahwa: “maksud dari informasi itu adalah Anu”. Pasti benarkah ? Belum tentu. Karena itu hanyalah hasil proses otak kita, dimana sebetulnya pengetahuan dan pengalaman otak kitapun terbatas. Artinya, bila informasi itu dibaca dan dipahami oleh oleh orang dengan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda, kesimpulannya juga akanberbeda. Belum lagi pengaruh dari faktor2 lain seperti situasi lingkungan, budaya, keadaan kejiwaan dan faktor2 emosi lainnya. Bahkan pesan dalam ayat-ayat suci yang samapun bisa ditafsirkan berbeda-beda, sehingga itu yang menjadi sebab timbulnya mazhab-mazhab. Mana yang pasti benar? Tidak satupun.Kitang akan merugikan diri sendiri pula. Kembali ke sikap mental dalam menerima informasi, secara berurutan, ini yang selalu saya lakukan: (1) Menganggap semua informasi yang saya terima, baik yang saya sukai atau tidak sukai, sebagai tidak bisa dipercaya ! (2) Simpan dulu pesan yang baru datang itu untuk dicerna.(3) Kalau informasinya penting akan saya carikan verifikasinya dulu, termasuk memakai logika an nalar. Kalau infonya tidak penting ya dilupakan saja. (4) Mengambil kesimpulan dan memaknai pesan, setelah diverifikasi(5)Mempertimbangkan apakah makna pesan itu memiliki banyak manfaat bagi masyarakat atau lebih banyak merugikan kehidupannya ? Hanya informasi yang akan membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan, yang akan saya teruskan ke orang2 lain atau akan saya ingat2 terus sebagai referensi dalam sebuah percakapan nanti. Kalau diperlukan, menjadikan informasi ini sebagai dasar untuuk melakukan suatu action.
Jan 25, 2025 0
Jan 25, 2025 0
Jan 24, 2025 0
Jan 24, 2025 0
Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Mar 30, 2024 Comments Off on ABU-DBS 2024: LPP TVRI Mendorong Perubahan positif, dan Menciptakan Ekosistem Penyiaran dan Media yang Lebih Baik
Sep 07, 2020 Comments Off on Berita Negatif di TV
Oct 07, 2019 Comments Off on Masalah Produk atau Pemasaran?
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Nov 08, 2024 Comments Off on KPI Gelar Anugerah KPI 2024: “Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju”
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...