Latest update December 5th, 2024 4:44 PM
Aug 11, 2020 broadcastmagz New Product, What's On Comments Off on Review Epson EF-100-Sensasi Aksi si Mini Diantara Fitur dan Aplikasi
Epson EF-100 didukung teknologi 3LCD yang memiliki kemampuan memproyeksikan gambar hingga 150 inci (sekitar 3,2 M lebar x 2 M tinggi), dengan kecerahan 2.000 lumens dan rasio kontras tinggi 2.500.000: 1. Dengan teknologi tersebut, Epson EF-100 mampu menghasilkan cahaya dengan kecerahan hingga 3 kali lipat sekaligus suguhan warna yang lebih jernih dan kaya sehingga hasil proyeksi terlihat tajam dan alami.
Dengan bobot 2,7 kg dan mengemas teknologi laser, Epson EF-100 berupaya menghadirkan sensasi layar lebar dalam sebuah paket mini dengan dimensi 8,3×9,1×3,6 inci (LxPxT) yang mudah dimuat dalam ransel atau tas kecil. Juga, mudah diletakkan di ruang mana saja. Proyektor ini pun bisa menjadi pilihan Anda yang pas di mana pun ada stopkontak, kapan pun Anda menginginkan hiburan layar lebar. Mulai dari ruang keluarga hingga memproyeksikannya ke langit-langit saat Anda berada di ruang tidur.
Sebagai proyektor yang dirancang mudah digunakan, Epson EF-100 ini dibekali tiga konektor, konektor power, HDMI dan microUSB (untuk penggunaan Chromecast). Tidak ketinggalan, Epson pun membenamkan speaker berkekuatan 5W (built-in), Audio Jack 3.5mm dan bluetooth audio yang mendukung speaeker eksternal.
Untuk pencahayaan, model yang menggunakan laser ini memiliki umur yang lumayan panjang. Dalam mode Normal, masa pakai sumber cahaya model ini 12.000 jam. Dalam mode Extended, bisa mencapai 20.000 jam. Artinya, jika Anda menonton proyektor ini selama 4 jam sehari sumber cahayanya akan bertahan sekitar 14 tahun.
Proyektor ini memiliki perangkat antar-muka yang ramah pengguna (user-friendly) dan dirancang untuk pengguna yang awam sekalipun. Pengaturannya mudah. Pengguna cukup mengikuti panduan cepat saat mulai menggunakannya. Misalnya, fitur koreksi keystone geometris, memungkinkan penyesuaian gambar proyeksi dengan sangat mudah.
Untuk instalasi, Anda cukup memasang colokan kabel power dan konektor seperti HDMI yang ada di bagian belakang. Selanjutnya, tempatkan proyektor di posisi yang diinginkan dan bisa menggunakan screen, dinding, bahkan langit-langit sebagai “layar”.
Dalam sebuah kesempatan, Broadcastmagz menjajal dan coba mengeksplorasi performa proyektor model ini, tepatnya Epson EF-100B. Sebelumnya, Broadcastmagz coba memaparkan tampilan fisik model tersebut.
Secara fisik, model ini memiliki desain yang compact (ramping dan minimalis) dan elegan yang dapat membaur dengan estetika interior rumah dan sekejap melengkapi gaya hidup penggunanya sendiri.
Bagian depan berwarna perunggu-emas dan tekstur cover berlapis kulit plastik yang membantu menjaga bobot tetap ringan. Bagian belakang ada semacam cover berlapis kain yang dapat dilepas seperti grille speaker. Cover ini menutupi konektor HDMI dan micro-USB dan space (sedikit ruang) untuk penyimpanan smart stick/peranti media streaming player. Dengan demikian, Anda dapat menyimpan smart stick yang dicolokkan, seperti Amazon Fire TV Stick dengan rapi. Bagian atas ada tombol volume audio (+/-), power (on/off), dan Keytone. Bagian bawah proyektor tersedia sebuah slot untuk bracket untuk memudahkan Anda bila ingin memasang proyektor di atap.
Saat pengujian awal, Broadcastmagz menempatkan proyektor di ruang keluarga sekitar 2,5-3 meter dari dinding yang dijadikan “layar” proyeksi. Beberapa film pun dipilih sebagai pembuka dengan menggunakan dua sumber video yang digunakan. Pertama, streaming media player dan kedua, blu-ray player.
Saat menggunakan peranti/stik media streaming player, Broadcastmagz memilih beberapa apliksi OTT (Over The Top) mulai dari Netflix sampai Youtube.
Dari aplikasi Netflix, film atau scene film yang diputar antara lain “The Last Airbender” (2010), “Susah Sinyal” (2017), dan seri drama Korea “Go Go Squid!” (2019).
Saat “The Last Airbender”, film fantasi yang ditulis dan disutradarai oleh M. Night Shyamalan dan dirilis tahun 2010 ini diputar, beberapa adegan pun dipilih mulai dari dialog dengan beragam latar hingga perkelahian dan pertempuran di beragam tempat yang melibatkan karakter sentral Aang (diperankan Noah Ringer).
Dalam scene-scene tersebut, Epson EF-100B mampu menampilkan ketajaman gambar yang diproyeksikan. Gerakan cepat saat berlari mampu meminimalisasikan pikselisasi yang muncul. Ekspresi wajah ketakutan dan amarah Aang terhadap musuh tersimak detail saat close shot. Dalam adegan minim cahaya (low key), gambar masih tersimak jelas dengan suguhan warna hitam yang cukup solid. Hasil serupa juga terlihat saat memutar “Susah Sinyal” dan seri drama Korea “Go Go Squid! yang dominan menampilkan dialog sebagai “karakter” film bergenre drama.
Dalam “Susah Sinyal”, saat di meja makan yang melibatkan karakter ibu Agatha (Niniek L. Karim). Kerut wajah ibu Agatha dengan polesan make up tipis yang menua tersimak detail dan warna kulit natural. Detail ekspresi wajah dan warna natural juga tersimak dalam seri drama Korea “Go Go Squid! yang dibintangi Yang Zi sebagai Tong Nian dan Li Xian sebagai Han Shangyan (Gun).
Sementara itu, saat menampilkan youtube, beberapa trailler film dalam beragam resolusi pun diputar, mulai dari trailler film berkualitas SD, HD, hingga 4K. Misalnya, Top Upcoming Superhero Movie 2020 dan trailer Wonder Woman 1984 yang dibintangi si cantik nan seksi Gal Gadot sebagai sebagai Diana Prince/Wonder Woman. Dengan resolusi berbeda dari scene film yang sama (Wonder Woman 1984-red), Epson EF-100B dengan “jujur” menyuguhkan hasil proyeksinya. Ketajaman gambar disajikan berbeda sesuai resolusi video yang menjadi sumbernya.
Terbaik tentunya, untuk video kualitas 4K versi youtube yang tetap ditampilkan Epson EF-100 dengan resolusi 720p (secara teknis 1,280×800). Tampilan proyeksi saat dialog dan adegan berlari dan berkelahi karakter sentral masih mampu disajikan dengan tajam dan natural. Tingkat kekontrasan pun terjaga. Perbedaan warna jelas, tapi tak “mencolok” mata.
Selanjutnya, masih menggunakan aplikasi Youtube, Broadcastmagz pun memutar konser Bunga Citra Lestari bertajuk ‘Melangkah Lagi’ dalam kanal YouTube miliknya It’s Me BCL. Konser tiga lagu BCL (’Cinta Pertama (Sunny) ’, ’Karena Kucinta Kau’, ’12 Tahun Terindah’) yang sebelumnya ditayangkan secara live streaming dan dimunculkan kembali dalam bentuk videocast diproyeksikan Epson EF-100B dengan detail terjaga dan alami. Kecerahan dan kekayaan suguhan warna pun tersimak.
Tak cukup, menyimak film dan musik, Broadcastmagz pun beralih ke game dan memilih PUBG Dynamo Gaming secara live streaming dalam youtube. Dalam game, ini gerakan obyek permainan yang dinamis mampu ditampilkan dengan cukup tajam dan kecerahan yang terjaga. Warna obyek dan karakter game pun ditampilkan secara kontras. Ditampilkan dalam ukuran layar yang besar tentunya sensasi permainan menjadi lebih hidup dan seru.
Setelah mencoba dengan materi yang bersumber dari aplikasi OTT (Over The Top) Netflix dan Youtube, Broadcastmagz pun mencoba dengan memutar video yang bersumber dari Blu-ray player dan memilih film “Kungfu Panda 2” (2011) sebagai materi utama.
Dalam sekuel dari Kung Fu Panda (2008) yang melibatkan Jack Black, Angelina Jolie, Dustin Hoffman, Seth Rogen, Lucy Liu, David Cross, James Hong, dan Jackie Chan sebagai bintang pengisi suara, ketajaman gambar terlihat lebih nyata walaupun pemutaran dilakukan di siang hari. Nuansa bioskop makin terasa saat posisi proyektor pun digeser sekitar 3,5-4 meter sehingga ukuran diagonal layar proyeksi semakin besar. Film animasi 3 dimensi ini pun tersimak kaya warna dan terbilang memiliki warna hitam yang cukup solid. Gerakan dinamis karakter utama pun tersimak apik dan jauh dari pikselisasi.
Selanjutnya, materi bersumber dari TV Kabel yang terdiri beragam channel pun dihadirkan. Bersumber dari ratusan channel sebuah TV kabel, Broadcastmagz memilih beberapa channel olahraga Fox Sport yang sedang menayangkan pertandingan olahraga softball secara live dan rekaman pertandingan sepakbola liga Champion Asia. Dalam kedua tayangan ini, suasana pertandingan terasa semakin hidup walaupun di area pertandingan hanya disaksikan tim official dan pemain cadangan untuk softball. Gambar disajikan dengan kualitas yang baik. Tayangan live ditampilkan lebih detail dan warna lebih kontras ketimbang rekaman.
Tayangan pilihan selanjutnya adalah channel HBO, Love Nature (HD/4K), dan Karaoke. Pada channel HBO dan Karaoke, kualitas video yang ditampilkan cenderung berbeda setiap film/lagu yang ditayangkan. Kualitas video terbaik ditampilkan channel Love Nature (HD/4K) yang memang konsisten menyajikan konten dengan resolusi minimal HD yang mampu menjaga detail, kecerahan, dan kealamian warna obyek.
Selain menyimak materi yang bersumber dari layanan OTT dari Netflix hingga Youtube, Blu-ray, dan TV kabel, Broadcastmagz pun mencoba memproyeksikan virtual konser Mawar De Jongh bertajuk Ruang Rindu yang ditayangkan secara live. Sebelum memulai menyimak konser delapan lagu berdurasi sekitar satu jam dari penyanyi cantik yang juga bintang film “Bumi dan Manusia”, Broadcastmagz mengatur resolusi tampilan konser pada resolusi 720p sehingga optimalisasi kualitas gambar terjaga. Hasilnya, suasana konser pun melekat dalam rumah. Tampilan video tersimak jelas dengan detail warna yang terjaga. Demikian halnya dengan kecerahan dan kekontrasan warna pun tersimak oke.
Selain menyimak video yang berasal dari aneka sumber, seiring itu tentunya tersimak pula keluaran audio dari speaker berkekuatan 5W yang disertai empat pengaturan EQ preset untuk menyesuaikan suara sesuai keinginan. Untuk penggunaan dalam rumah, tentunya reproduksi suara yang dihasilkan proyektor, lebih dari cukup. Khususnya, untuk video musik baik itu konser secara live maupun rekaman seperti yang tersimak dalam tayangan konser Bunga Citra Lestari dan Mawar de Jongh. Hal ini mampu melarutkan emosi penonton dalam suasana konser.
Demikian halnya dengan keluaran audio dari film seperti yang tersimak saat menonton The Last Airbender dan Kungfu Panda 2. Bila Anda menginginkan keluaran audio berbeda, model ini menyediakan output audio stereo analog 3,5 mm untuk sistem suara eksternal, dan dilengkapi dengan dukungan Bluetooth aptX untuk menyambungkan headphone atau speaker Bluetooth.
Secara keseluruhan menyimak kualitas video dan audio yang dihasilkan proyektor Epson EF-100B yang berasal dari beragam sumber ini memuaskan. Ketiadaan optical zoom, bisa diselesaikan dengan menggeser posisi proyektor yang berbobot terbilang ringan. Suara kipas pun halus dan tidak mengganggu selama menyimak tampilan proyeksi. Jika Anda menurunkan output lampu, suara kipas akan berkurang. Jadi jika Anda menonton di ruangan yang gelap dan sunyi, Anda dapat membuat proyektor sedikit lebih hening.
Dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini tentunya menyimak hiburan di rumah jauh lebih aman dan menyenangkan. Terlebih lagi bila ada proyektor Epson EF-100B. Hal ini terlontar dari Erik Johannes, karyawan swasta yang saat ini lebih banyak work from home, yang merasakan sensasi bioskop saat menyimak tampilan proyeksi Epson EF-100B. “Gambarnya oke, suara juga OK, dan instalasi mudah,” ungkapnya.
Senada dengan yang diungkapkan Erik Johannes, Amanda Anindya, pelajar SMU kelas 10 merasa lebih asyik saat menyimak tayangan serial drama Korea dan thriller favoritnya bisa diproyeksikan. “Lebih Seruu… lebih nyaman…makin asyik,”! ungkap Amanda yang selama ini lebih banyak menyimak serial kesukaannya via gadget atau laptop.
Tentunya, bukan hanya untuk hiburan di rumah, proyektor Epson EF-100B ini digunakan, kegiatan lain berupa webinar, meeting virtual, jumpa media virtual, mini konser virtual, dan kegiatan edukasi berupa belajar dan mengajar secara daring pun bisa menjadikan model ini sebagai perangkat pendukung. Tak terkecuali, bagi Anda penyuka memasak yang ingin mencoba resep baru yang biasanya banyak tersebar di youtube, membuat latar virtual saat merayakan ulang tahun, bahkan kegiatan religi secara virtual.
Menyimak proyeksi Epson EF-100 (B) sejatinyanya mampu menikmati sensasi lebih dunia hiburan, tanpa abai dengan edukasi dan religi. Semua bisa dilakukan tanpa harus keluar rumah. (gus)
Dec 05, 2024 0
Dec 05, 2024 0
Dec 04, 2024 0
Dec 02, 2024 0
Dec 05, 2024 0
Dec 05, 2024 0
Dec 04, 2024 0
Dec 02, 2024 0
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Nov 08, 2024 Comments Off on KPI Gelar Anugerah KPI 2024: “Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju”
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...