Latest update January 24th, 2025 7:29 PM
Jun 06, 2017 broadcastmagz Column Comments Off on MENDENGARKAN RADIO KEMBALI -Andy Rustam
Beberapa minggu yang lalu, saya sempat ngobrol-ngobrol santai dengan beberapa teman yang menekuni bidang radio broadcasting. Intinya sih mereka curhat karena agak galau dengan masa depan radio broadcasting (terrestrial). Menurut mereka, jumlah pendengar radio menurun belakangan ini (begitu juga di tv broadcasting). Sekarang semakin banyak orang yang lebih suka menggunakan internet untuk mendengarkan musik (misal: melalui Spotify, ataupun youtube untuk melihat music videoclip-nya). Jadi harus bagaimana? Sebenarnya sudah cukup banyak tulisan saya tentang masalah media-media tradisional di era internet. Sebelum kita bahas lagi lebih lanjut, pertanyaannya apakah penurunan ini juga dialami oleh radio-radio terrestrial di Amerika Serikat? Ternyata, ada beberapa kota dimana terjadi penurunan pendengar radio, tapi ada juga kota yang pendengar radionya jumlahnya tetap dan bahkan ada yang meningkat. Namun, secara keseluruhan jumlah pendengar radio disana tidak berkurang, walaupun media-media pesaing radio terrestrial, seperti: tv dan internet disana kualitasnya lebih bagus dari kita di Indonesia.(http://www.nielsen.com/us/en/insights/reports/2016/audio-today-radio-2016-appealing-far-and-wide.html). Jadi, menurut saya, pastinya ada yang salah dengan kita disini, bukan?
Analisa
Sebetulnya dalam bisnis apapun, kalau sampai calon konsumen tidak mau mengambil produk kita, itu artinya pastilah si konsumen merasa bahwa memang ia tidak butuh produk tersebut atau walaupun ia butuh, tetapi produk kita tersebut tidak memenuhi kriterianya (sehingga akhirnya ia mengambil produk merk lain, yang dirasakan cocok dengan kriterianya). Sehingga tugas kita sebagai pembuat produk seharusnyalah membuat produk kita itu punya keunggulan khas (uniqueness) dalam memberikan manfaat yang disukai dan memenuhi kebutuhan pasar. Maka untuk radio, tentunya para penyelenggara siaran harus mampu membuat siaran yang memiliki keunggulan khas dalam hal penyajian materi siaran sesuai dengan keinginandan memenuhi pula kebutuhan pendengar. Seringkali yang kita lakukan adalah, bahwa untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pendengar kita melakukan survey dulu. Hal itu tentunya benar sekali. Namun, yang lebih penting dari itu adalah menganalisa data/jawaban yang masuk. Misalnya, ketika ditanya kepada sekelompok anak muda: “apa alasan mendengar radio?, dan jawabannya bahwa mereka mendengar radio karena ingin mendengar musik, maka apakah itu artinya siaran radio kita tidak memerlukan lagi penyiar, hanya pasang lagu terus? Pernahkah ditanyakan pertanyaan lanjutan, bukankah di internet sekarang ini banyak music streaming nonstop, dan Anda bisa mendengarkannya melalui smartphone Anda. Lebih praktis, bukan? Jadi, kenapa harus mendengar radio?
Kalau beberapa waktu yang lalu kita mendengar acara pagi hari di radio-radio di Jakarta, umumnya berisi siaran morning show yang diisi oleh para host yang terdiri dari 2-3 orang penyiar, lalu kita dengar bicara-bicara seru diantara mereka sendiri sambil ketawa-ketawa. Belakangan ini mulai banyak radio yang mengurangi porsi bicaranya digantikan dengan lebih banyak musik. Mengapa terjadi perubahan ini? Mungkin diakibatkan hasil survey yang mengatakan bahwa pendengar lebih menyukai musik, ataupun untuk mengurangi ongkos (tidak perlu menggaji penyiar). Tak pernah terpikirkan oleh para pimpinan stasiun radio itu bahwa pendengar lebih menyukai musik (ketika menjawab pertanyaan survey) itu dikarenakan alasan bahwa selama ini penyiar yang bertiga ngobrol ngalor ngidul itulah yang sesungguhnya mengganggu kenikmatan si pendengar dalam mendengarkan siaran radio. Jadi, daripada mendengar penyiar yang berisik dan ketawa-ketiwi tidak jelas, maka pendengar lebih senang kalau mendengarkan musik saja deh. Jadi BUKAN karena mereka hanya ingin mendengar musik melalui radio.
Back to Basic
Kalau sempat cobalah mendengarkan siaran radio-radio yang ada di London (Inggris) atau yang ada di San Francisco (Amerika). Terasa sekali bagusnya siaran mereka, nikmat rasanya telinga ini dimanjakan oleh seleksi lagu-lagunya, dan cara penyiarnya berbicara dengan nada yang nyaman, menyapa, membuat kitaterpesona dan kadang tersenyum dengan info-info yang disampaikan oleh mereka. Radio-radio disana tidak mau macam-macam, tidak mau sok heboh, ataupun berusaha lucu. Radio is a Radio. Semua berjalan terkesan seperti natural saja. Siaran radio yang seperti ini tidak pernah saya temukan di Jakarta sekarang ini. Di Jakarta, ada radio yang bagus pilihan musiknya, tapi waktu penyiarnya bicara.. rasanya pingin ganti gelombang aja deh.
Melanjutkan obrolan dengan teman saya tadi, saya menyarankan bahwa kalau radio tidak mau terus kehilangan pendengarnya, maka radio harus berfungsi sebagai radio lagi (terrestrial). Janganlah radio berusaha menjadi televisi. Janganlah radio berusaha untuk menjadi seperti Spotify atau radio internet. Karena setiap medium memiliki keunggulannya dan kekurangannya masing-masing. Kalau Anda menjalankan bisnis radio broadcasting (terrestrial), maka optimalkanlah karakter radio broadcasting terrestrial (seperti: Personal; Imaginative; Non Detail; For Ear Only). Kalau Anda mau menjalankan bisnis radio internet bekerjalah dengan mengoptimalkan keunggulan medium internet. Keunggulan internet adalah pull medium ( langsung/instant/interaktif/singkat/any time), maka siaran radio terrestrial yang di-streaming-kan 24 jam sebenarnya bukanlah karakter medium internet. Yang lebih pas untuk internet adalah model siaran podcasting (atau seperti youtube). Namun, dalam banyak macam. Acara pagi radio seperti yang telah disebutkan terdahulu, dimana 1-3 penyiar ngomong rame-rame, seru sendiri, ketawa-ketawa sendiri diantara mereka saja, itu juga contoh sebuah acara radio yang tidak sesuai dengan karakteristik media radio. Acara seperti ini cocoknya di televisi, dimana pemirsa bisa melihat tingkah laku para host dan tamunya via layar kaca.
Apa yang dicari orang melalui medium radio?
Apa sih yang sesungguhnya dicari orang, sehingga ia mau-mauan scanning berbagai gelombang radio di mobilnya untuk mencari sebuah siaran radio yang paling pas untuk dirinya? Ketika berada di mobil (misalnya)? Tanpa harus survey (karena ini memang salah satu karakter keunggulan radio), langsung saja saya jawab,“mereka butuh ada yang menemani agar nyaman dalam beraktivitas (comfort accompaniment). “ Oleh karena itulah, apapun yang disiarkan oleh radio (musik ataupun suara penyiar) selama itu menjadi sebuah comfort accompaniment bagi si pendengar pastilah ia akan betah mendengarkannya.
Kata kuncinya adalah comfortability (kenikmatan/kenyamanan). Misalnya, janganlah memasang lagu bagus, tapi kebetulan tidak cocok dengan suasana umumnya pada waktu itu. Janganlah memasang lagu yang hampir mirip berturut-turut karena akan menimbulkan kebosanan. Begitu pula dengan topik-topik yang dibicarakan dan cara membawakannya. Jangan sampai mengganggu comfortability (kenikmatan / kenyamanan). Misalnya, jangan bicarakan topik yang pendengar sudah lebih tahu. Jangan menggunakan tinggi nada bicara yang melelahkan untuk didengar agak lama. Jangan menggunakan nada yang monotone, termasuk pada awal dan akhir kalimat, sehingga membosankan bagi yang mendengar. (arm)
Jan 24, 2025 0
Jan 24, 2025 0
Jan 24, 2025 0
Jan 24, 2025 0
Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Mar 30, 2024 Comments Off on ABU-DBS 2024: LPP TVRI Mendorong Perubahan positif, dan Menciptakan Ekosistem Penyiaran dan Media yang Lebih Baik
Sep 07, 2020 Comments Off on Berita Negatif di TV
Oct 07, 2019 Comments Off on Masalah Produk atau Pemasaran?
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Nov 08, 2024 Comments Off on KPI Gelar Anugerah KPI 2024: “Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju”
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...