Latest update October 13th, 2025 5:14 PM
Apr 15, 2016 broadcastmagz Techno Comments Off on Kimohar: Temuan Teknologi Alternatif “Pengganti” Green dan Blue Screen
Saat menyaksikan sederet film Hollywood seperti Alice in Wonderland, Jurrasic Park, The Hobbit, dan Life of Pi, rasa kagum tak jarang terlontar lantaran apa yang disajikan begitu realistis. Pada film Life of Pi, penonton bisa dibuat takjub atau mengernyitkan dahi seraya berucap dalam hati kok bisa ya… sang tokoh sentral bisa bersahabat erat dengan memeluk harimau, yang pada pembuatan film sesungguhnya sang karakter sentral tersebut hanya memeluk boneka berwarna biru. Boneka biru inilah yang “disulap” pada tahap pasca-produksi menjadi harimau. Tidak hanya di film, teknologi chroma key seperti ini juga digunakan pada tayangan televisi. Boleh dibilang semua stasiun televisi nasional menggunakan teknologi dan teknik ini. Misalnya, pada program acara berita. Pembaca berita seolah sedang duduk dengan beragam latar seperti kota malam hari, atau gedung parlemen. Padahal aslinya di belakang news anchor tersebut hanya dinding berwarna hijau. Sejatinya, chroma key merupakan teknik menggabungkan dua image atau frame dari sebuah video sequences. Dalam sebuah image atau frame video, informasi semantik dapat diklasifikasikan menjadi obyek dan background. Nah, dalam chroma key, obyek yang dikehendaki dapat digabungkan (compositing) dengan image lain. Sebelum digabungkan dengan image yang berbeda scene, background direduksi dengan membuat background menjadi transparan sehingga piksel-piksel yang transparan tadi dapat diisi dengan piksel-piksel dari image baru yang dikehendaki.Teknik ini dapat dilakukan menggunakan blue screen, green screen, dan matting.So, mungkin gak sih bila tanpa green atau blue screen, atau adegan-adegan tadi, khususnya untuk tayangan TV tetap bisa ditampilkan?Seorang dosen Sistem Informasi Udinus Semarang bernama Ruri Suko Basuki menjawabnya melalui “aplikasi” yang ia buat dan diberi nama Kimohar. “Kami berpikir bahwa transformasi teknologi broadcasting dari analog ke digital merupakan keniscayaan yang harus kita hadapi. Bahkan, roadmap Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam hal transformasi broadcast ke standar digital akan diselesaikan sampai tahun 2018. Artinya, dengan standar digital frekuensi dengan lebar pita 8 Mhz dapat digunakan untuk broadcast antara 8-16 channel secara bersamaan. Sedangkan, dengan analog hanya bisa digunakan untuk 1 channel. Ini dampaknya akan muncul peningkatan jumlah station televisi secara dramatis. Ketika jumlah stasiun televisi meningkat secara otomatis industri konten juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kami berpikir bahwa konten dalam industri pertelevisian sangat memerlukan teknologi compositing untuk memproduksi film, berita, atau advertising. Selain itu, dari sisi research, state of the art, serta research trend dalam bidang ini masih sangat terbuka lebar dan menantang,” buka pria kelahiran Wonogiri ini yang juga menegaskan bahwasanya Kimohar yang ditemukan belum berbentuk aplikasi. Secara garis besar cara kerja dalam model yang kami develop adalah dengan mengekstrak frame dari video sequences. Nah, frame awal yang memiliki scene yang sama diperlakukan sebagai key frame. Key frame diinisialisasi oleh user dengan memberikan scribble pada area yang merepresentasikan obyek dan background. Kenapa obyek dan background perlu diinisialisasi? Karena permasalahan klasik dalam pemrosesan image adalah ill-posed problem (image tidak memiliki informasi semantik) sehingga hanya human vision yang dapat menentukan obyek dan background. Di sini, scribble didefinisikan dalam coretan warna putih untuk obyek dan hitam untuk background. Scribble ini sebagai label untuk membedakan daerah obyek dan background. Selanjutnya, untuk memisahkan daerah background dan menarik daerah obyek, kami mengaplikasikan image matting yang kami kembangkan dari persamaan compositing yang didevelop oleh Porter and Duff dan juga kami mengembangkan Closed-form solution matting dari Anat Levin, “ jelasnya. “Kenapa kami menggunakan teknik ini bukan blue screen atau green screen? Yang kami fokuskan sementara ini adalah akurasi. Dalam hal ini teknik blue screen atau green screen terdapat kelemahan ketika digunakan untuk mengekstrak obyek yang mengandung rambut atau bulu, sehingga ketika dilakukan compositing dengan image baru terlihat kasar bukan seperti tangkapan kamera. Dengan image matting, karena operasi pemisahan dilakukan hingga dengan analisa di setiap piksel akurasi lebih akurat. Selanjutnya, untuk ekstraksi dalam video, kami lakukan dengan melakukan tracking scribble dengan estimasi gerakan. Untuk ekstraksi obyek pada frame yang sequence tinggal melakukan replikasi teknik sebelumnya. Sedangkan, compositing dilakukan dengan mengisi piksel-piksel selain obyek dengan image baru yang dikehendaki,” papar dosen di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro, Semarang yang telah mengajar sejak tahun 2001 hingga sekarang.Ruri mengakui temuan ini memang masih belum matang. Namun, ia berusaha mematangkannya. Oleh karenanya, dia memerlukan waktu lebih lama. Menurutnya, hal yang memakan waktu adalah mengidenfikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam compositing. Dia setidaknya harus melakukan uji coba beberapa algoritma yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, dan menentukan permasalahan mana yang terlebih dahulu harus diselesaikan, Dengan melakukan serangkaian uji coba dan membaca literatur dari berbagai jurnal ilmiah dan mengikuti seminar internasional, Ruri optimis bisa menfokuskan problem yang harus diselesaikan dalam waktu tiga tahun. Sedangkan, pembuatan dataset, eksekusi model hingga evaluasi, paling tidak Ruri perlu mengerjakan dalam waktu dua tahun di Laboratorium Visi Komputer dan Rekonstruksi 3D, Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.“Ya, memang cita-cita kami ke depan adalah melakukan efisiensi waktu proses ekstraksi. Ini masih memerlukan energi besar agar bisa benar-benar bisa diaplikasikan dalam industri. Tujuan kami adalah membantu para profesional yang terkait dengan video editing. Kami berharap proses pengambilan obyek dengan proposed kami bisa memberikan akurasi yang lebih baik,” ungkap pria yang pada tahun 2010 mendapatkan beasiswa dari BPPS (Beasiswa Program Pasca-Sarjana) Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan studi S3 di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknlologi Sepuluh Nopember Surabaya dan mengakui di sinilah gagasan untuk mengembangkan teknologi ini muncul.Terlebih lagi, Ruri merasa setelah melakukan eksperimen yang sangat lama, menemukan permasalahan ketika diaplikasikan untuk fitur-fitur tertentu, dan itulah yang berusaha diajawab. “Jika saat ini, kami belum bisa launching software yang applicable itu memang perlu proses. Perlu diingat bahwa CN-235 risetnya dimulai sejak 1978 (saya baru lahir) dan mengudara baru tahun 1994. Nah, demikian juga yang kami lakukan, Saat ini, kami sedang melakukan riset, permasalahannya saat ini banyak sekali pihak yang tidak sabar, melakukan sesuatu inginnya seperti “Bandung Bondowoso” buat seribu candi semalam jadi,” tegasnya. Bagi Ruri, sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki sustainability. “Oleh karena itu, kami berusaha untuk lebih focus dalam pengembangan ke dalaman dari teknologi yang saat ini kami geluti. Kami sangat berharap dengan apa yang kami capai senantiasa akan memberikan manfaat dan kontribusi baik secara teoritis maupun praktis dalam bidang video processing” tutup Ruri.
Oct 13, 2025 0
Oct 13, 2025 0
Oct 11, 2025 0
Oct 11, 2025 0
Jul 16, 2025 Comments Off on Rasakan Pengalaman Hidup Cerdas: Maksimalkan Potensi Smartphone dengan Motorola moto ai
May 29, 2025 Comments Off on Transformasi Media Melalui Inovasi Teknologi
May 24, 2025 Comments Off on Direktur Utama LPP TVRI Iman Brotoseno Jadi Keynote Speaker di Arab Media Congress 2025, Bahas Peran TVRI dalam Mitigasi Bencana
Mar 25, 2025 Comments Off on Sistem Informasi Pencegahan Bencana Memanfaatkan Jaringan TV Digital DVB-T2.
Sep 08, 2025 Comments Off on Tamee Irelly Menjadi Juri Open Casting Dua Film Terbaru Dynamic Story Pictures (DSP)
Bekasi, Broadcastmagz – Dalam upaya mencari talenta...Feb 08, 2025 Comments Off on DJ Paulina, Si Cantik Jago Racik Musik Multi-genre
Jakarta, Broadcastmagz – Paulina, begitu...Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Jul 11, 2025 Comments Off on Sivitas Akademika STIAMI Dukung Revisi UU Penyiaran dan Siap Beri Masukan
Jul 11, 2025 Comments Off on Sempurnakan Instrumen Penelitian, KPI Bersiap Uji Coba Survey MKK di Daerah
Jul 11, 2025 Comments Off on Afirmasi Perempuan Harus Didukung Dalam Proses Seleksi KPID
Jul 11, 2025 Comments Off on Raker dengan Komisi I, KPI Usulkan Penyesuaian Anggaran
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...