Latest update January 24th, 2025 6:01 AM
Mar 29, 2019 broadcastmagz Profile Comments Off on Jimmy Fenton, Chief Commersial Officer Ninmedia
Di tengah kehadiran beragam operator TV satelit yang umumnya berbayar di Indonesia, Ninmedia hadir dengan keunggulan teknologi dan fitur yang bisa dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di seluruh Indonesai tanpa biaya bulanan. Sejatinya, Ninmedia merupakan perusahaan penyedia jasa infrastruktur Channel Hosting dan pengembangan isi (content) yang berorientasi dalam pengembangan ekosistem penyiaran channel Free to Air (“FTA”) via Satelit. Adapun, hal yang dimaksud dengan Channel Hosting adalah salah satu layanan yang ditawarkan Ninmedia kepada berbagai entitas bisnis maupun non-bisnis (yayasan, organisasi, dan komunitas) yang telah menjalankan bisnisnya dalam bidang penyiaran TV maupun bukan dalam bidang penyiaran TV yang ingin memiliki channel TV sendiri secara 24 jam non-stop. Singkatnya, Ninmedia adalah ekosistem penyiaran Satelit Free to Air dengan frekuensi Ku-Band, yang disiarkan melalui Satelit Chinasat 11 untuk menjangkau seluruh pelosok Indonesia.
Ditemui disela-sela kesibukannya, Jimmy Fenton, Chief Commersial Officer menceritakan bagaimana kiprah Ninmedia saat ini dan ke depan.
Bagaimana awal Ninmedia berdiri?
Pada tahun 2010, seperti kita ketahui mulai berkembang TV Kabel Operator di daerah-daerah, maka saya bersama beberapa teman-teman saat itu fokus dalam menjual perangkat-perangkat Broadcast yang mendukung TV Kabel dari kabel coaxial, fiber, amplifier etc, di bawah naungan PT Nadira Inter Media Nusantara.
Pada saat ini perkembangan sangat pesat terutama di daerah-daerah pelosok Indonesia terutama didaerah “blank spot area dan konten-konten yang mereka dapatkan masih sangat minim sehingga kami menglihat peluang untuk mengekpansikan bisnis lebih jauh lagi sehingga kami mengajukan izin Lembaga Penyiaran via Satelit
Pada tahun 2011 kami mendapatkan ijin prinsip dari kominfo siar, dan pelaksanaan uji coba siaran dilaksankan setahun kemudian dan baru Pada tanggal 10 November 2015, kami mulai siaran dengan resmi konsentrasi di TV-TV Lokal saja karena masih banyak area-area blank spot dan masyarakat sangat membutuhkan informasi dan hiburan, dimana kami mewadahi kebutuhan masyarakat di daerah-daerah untuk menonton TV lokal mereka dan juga saluran lainnya.
Sebelumnya masyarakat di daerah daerah jika mereka ingin mendapatkan tontonan yang layak, mereka harus membayar mahal, untuk membeli parabola ukuran besar 1.8 meter dengan kisaran harga Rp. 2 hingga 5 juta (wilayah Papua).
Dari situlah kami melihat peluang, start from the bottom, sehingga saat ini cukup dikisaran 500-700ribu rupiah sudah dapat menonton siaran-siaran tv yang berizin LPS (lembaga siaran swasta) dengan jernih, tanpa berlangganan dan membayar iuran.
Apa yang melatarbelakangi Anda melihat peluang di pelosok daerah?
Sejak tahun 1996 saya bergabung dengan Indovision sebagai AE Corporate yang berbasis jaringan korporasi; apartment, housing complek, hotel etc. Dan kemudian di tahun 1998 ketika Star TV dan Indovision berpisah, saya itu saya punya pilihan ikut dengan Star TV yang headquarternya berbasis di Singapura. Karena terkait dengan account-account corporate tersebut maka saat itu, masih banyak program/channel-channel Star TV yang tidak ada di Indovision, karena sebagai pemagang account tersebut saya harus bertanggung jawab agar tidak mengecewakan pelanggan-pelangan corporate tersebut maka saya mulai dan tetap mendeliver channel-channel dari Star TV (sekarang Fox Group) .
Setahun kemudian Indovision akhirnya mendapatkan lagi siaran-siaran dari Star TV dan pada tahun 1999 saya bergabung dengan Lippo Grup yaitu Kabel Vision (sekarang First Media). Tapi karena basic saya di Coorporate sedangkan Kabel Vision hnya fokus di perumahan saja, maka saya mulai re-develop system distribusi untuk corporate.
Dari hasil re-development sistem tersebut saya berkesempatan belajar mengenai sistem dan teknis , dan pada waktu itu cukup berhasil sehingga Kabelvision dapat mencapai masuk kedalam segment corporasi; office building, apartment, hotel, dll dengan total building yang di “wired” sebanyak 168 office building dan apartment dan 128 hotel dan Villas, di Bali, Surabya dan Jakarta. Selama lebih dari 6 tahun saya dipercaya memegang corporate segment di Kabelvision
Pada tahun 2006 akhir Group Lippo berpartner dengan Astro dan saya dipercaya untuk mengembangkan distribusi retail dan corporate di structure organisasi Astro Indonesia sebagai VP Sales & Distribution . Dengan basic saya itu, saya jadi tahu tuh bagaimana perbedaan TV satelit dengan TV kabel.
Sejak itu, saya mulai konsentrasi di TV Satelit yang terfokusntain distributor-Distributor bisnis retail diseluruh Indonesia, dan mengetahui benar bahwa kebutuhan masyarakat atas tontonan TV sangat tinggi dan ada gap yg cukup besar kepentingan tv-tv daerah yang pada saat ini jangkauannya terbatas sekali.
Nah balik lagi mengenai Ninmedia TV satelit ini, siaran dan program tv-tv lokal daerah mereka bisa disaksikan di seluruh Indonesia. Misalnya, orang daerah yang berada di jakarta dan ingin menyaksikan program tentang daerahnya dan perkembangan di daerahnya, maka mereka bisa menyaksikannya di Ninmedia, dan itu yang sebetulnya mereka butuhkan. Balik lagi mengeanJadi kami (Ninmedia) menyatukan siaran mereka dalam satu TV.
Bagaimana Anda melihat Konten atau Program TV Nasional Indonesia?
Kalau menurut saya, dilihat secara global sudah mulai berkembang, namun masih kurang. Banyak TV nasional yang memiliki program belum luas dan tidak tersegmentasi, Jika di Luar Negeri, TV-TV sudah mulai fokus dengan program –program segmentasi market.
Nah yang memulai itu TV One, yang sudah dihapal masyarakat jika setiap Sabtu atau Minggu ada acara ceramah Damai Indonesiaku, MMA, ILC. Nah saya berharap nanti ketika digital hadir, TV-TV Nasional mampu meghadirkan program-program yang lebih tersegmentasi bukan hanya entertaiment secara general.
Menurut Anda, mengapa Indonesia lambat untuk beralih ke digital?
Masalah utamanya kan soal implementasi dari regulasi. Tapi secara pribadi saya rasa sulit, karena letak geografis kita kan kepulauan lebih dari 17.000. Ditambah lagi adanya ketentuan komposisi tayangan lokal , nah itu saya rasa masih sulit diaplikasikan sedangkan kue iklan hanya segit gitu saja dan harus dibagi-bagi.
Dengan alasan itu, saya lihat masih kurang tepat, masih banyak yang harus develop namun paling ideal itu adalah siaran melalui satelit, digital paling mudah yang bisa di implementasikan sepanjang itu harus gratis tanpa iuran bagi masyarakat yg ber -income rendah kalaupun bayar harus murah.
Berapa channel TV yang bergabung dengan Ninmedia Saat ini?
Channel lokal 69 channel. Channel luar 16 channel. 5 channel masih kosong. Total available kanal ada 90 /2 transponder (54MHz x 2).
Harapan Anda?
Saya berharap, Ninmedia mampu menghadirkan TV satelit yang gratis dan program atau channelnya bisa menjangkau semua lapisan masyarakat khususnya mereka yang berada di daerah atau pelosok Indonesia. Dan ke depannya, semakin banyak lagi channel TV yang bergabung dengan Ninmedia.
Jan 23, 2025 0
Jan 22, 2025 0
Jan 22, 2025 0
Jan 22, 2025 0
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Nov 08, 2024 Comments Off on KPI Gelar Anugerah KPI 2024: “Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju”
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...