Latest update December 5th, 2024 4:44 PM
Jul 08, 2014 broadcastmagz Profile Comments Off on Frans Padak Demon
Frans Padak Demon, menjabat Direktur Voice of America (VOA) Jakarta sejak 2005. Lahir di Bandung, Frans mengambil kuliah filsafat di STFTK Ledalero Flores dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Peraih bea siswa Jefferson Scholarship Honolulu Hawaii, sebelum bekerja di VOA, ia sempat bekerja sebagai di Thomas Cook Financial Services, menjadi wartawan untuk Harian Jurnal Ekuin, Harian Prioritas, Majalah Infobank, Indonesia Magazine, Mainichi Shimbun, NHK TV- Radio, Sankei Shimbun, Majalah Perspektif, dan Metro TV. Berbicara tentang penyiaran Digital, Frans mengatakan bahwa siap tidak siap, kita memangharus menghadapinya, karena itu adalah sebuah keniscayaan. “Saya kira, karena sistem digital ini pada dasarnya berkaitan dengan infrastruktur komunikasi dan penyiaran, pemerintah seharusnya memiliki strategi yang terpadu dan transparan soal sistem digital ini. Apalagi ini akan berkaitan dengan banyak bidang lainnya,” ujarnya.
Berikut perbincangan Frans kepada Majalah Broadcastmagz.
Mulai terjun di dunia broadcast ketika bekerja sebagai wartawan NHK (Nippon Hoso Kyokai) untuk radio dan TV pada tahun 1987, setelah suratkabar Harian Prioritas tempat saya bekerja sebagai wartawan ekonomi dibredel oleh Pemeritah Soeharto. Pada tahun 1988, ketika orang Jepang ditarik kemembali ke Tokyo, saya ditunjuk sebagai representative dan koresponden NHK TV dan Radio di Indonesia. Tugas saya tidak hanya mewakili NHK tetapi juga melakukan peliputan dan pelaporan untuk NHK dan membantu tim dan kru NHK yang datang dari Jepang untuk membuat berbagai program dokumenter. Selain itu selama sepuluh tahun bekerja untuk NHK, saya juga melakukan peliputan-peliputan di luar negeri, seperti Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand.
Sebetulnya pada tahun 2002, yaitu dua tahun setelah bekerja di Metro TV, saya pernah ditawari untuk bergabung dengan VOA. Tetapi waktu itu saya masih merasa betah di Metro TV, terutama karena bekerja untuk stasiun TV berita yang baru di tanah air merupakan tantangan sekaligus kebanggaan tersendiri bagi saya. Tetapi ketika pada akhir 2004 saya kembali ditawari bekerja untuk VOA, saya akhirnya menerima tawaran tersebut karena kali ini saya ditawari bekerja sebagai direktur dari kantor VOA Indonesia yang akan dibuka di Jakarta. Ketika itu saya baru saja memperoleh Jefferson Fellowship di bidang jurnalisme dan berada di Honolulu, Hawai. Wawancara dengan petinggi VOA di Washington dilakukan melalui telpon. Yang pertama ketika saya berada di Austin, Texas dan yang kedua ketika saya berada di Boston. Beberapa minggu kemudian, saya mendapat email bahwa saya diterima bekerja di VOA sebagai direktur dari VOA Jakarta.
VOA, sebagaimana halnya lembaga penyiaran milik pemerintah Amerika lainnya seperti Radio Marti, Radio Liberty dan Radio Free Asia serta Middle East Broadcasting Networks berada di bawah sebuah lembaga independen yang disebut Broadcasting Board of Governors (BBG). Anggota BBG ditunjuk oleh Presiden Amerika dan berjumlah 9 orang: 4 dari Partai Republik, 4 dari Partai Demokrat dan satu orang anggota ex-officio yaitu Menteri Luar Negeri AS. Meskipun secara administratif dan keuangan berada di bawah Departemen Luar Negeri AS, secara editorial VOA adalah sebuah organisasi multimedia (TV, radio dan new media) yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah Amerika berdasarkan undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Gerard Ford pada tahun 1976. Seperti organisasi media berita lainnya, VOA bekerja atas dasar prinsip-prinsip jurnalisme seperti obyektif, imparsial, akurat, seimbang dan adil. Bagi VOA, akurasi jauh lebih penting daripada kecepatan.
Keunikan dari VOA adalah bahwa VOA itu adalah lembaga penyiaran yang tidak memiliki stasiun pemancar sendiri tetapi menyiarkan program-programnya melalui stasiun TV dan radio yang menjadi affiliasi dari VOA (affiliates-based). Di Indonesia VOA kini memiliki affiliasi TV lebih dari 40, termasuk 8 TV nasional, dan sekitar 500 affiliasi radio yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu beberapa news portal juga menjadi affiliasi new media VOA.
Itulah sebabnya salah satu pekerjaan penting yang tidak mudah adalah VOA berusaha memproduksi berita dan informasi yang sesuai dengan profil pemirsa atau pendengar dari affiliasi TV dana radio VOA. Sebahagian besar program VOA kini dalam bentuk paket-paket pendek yang padat dan menarik tentang berbagai hal yang kini bisa diunduh dari portal distribusi program VOA yaitu VOA Direct (https://direct.voaindonesia.com). Selain itu VOA juga tetap mengirim program-programnya melalui dedicated satellite. Keunikan lainnya adalah program dan paket-paket yang diproduksi VOA tidak bersifat eksklusif tetapi bisa diunduh dan disiarkan oleh semua TV dan radio. Hanya ada TV dan radio yang memiliki hak pertama menyiarkan program tertentu karena program tersebut sejak awal memang dirancang bersama mereka. Misalnya program “Dunia Kita” untuk Metro TV yang telah ditayangkan sejak tahun 2000 ,“Warung VOA” untuk J-TV di Surabaya atau “Start Your Day with VOA”, program harian berita radio untuk Sindo-Trijaya Networks.
Dibandingkan dengan TV news agency lainnya seperti Reuters atau APTV, VOA sangat unik karena seluruh peliputan dan produksi dilakukan oleh wartawan-wartawan Indonesia baik di Washington DC maupun Indonesia. Bukan hanya topik tetapi juga angle peliputan dan pelaporan berita disesuaikan dengan situasi , kebutuhan, dan keinginan pemirsa atau pendengar Indonesia.
Prinsip-prinsip pemberitaan umumnya sama karena mengacu pada elemen-elemen jurnalisme yang baku dan profesional seperti obyektif, imparsial, seimbang dan adil. Namun, seperti halnya setiap organisasi pemberitaan, VOA juga memiliki fokus pemberitaan tersendiri yaitu menginformasikan tentang Amerika dan menyampaikan berita-berita internasional yang relevan untuk pendengat/pemirsa di Indonesia.
VOA disiarkan dalam 46 bahasa dan memiliki lebih dari 1.200 karyawan di seluruh dunia. Karena itu materi berita dan informasi yang diliput dan diproduksi VOA sangatlah besar dan beragam. Selain meliput dan memproduksi berita sendiri, salah satu tugas penting VOA Indonesia adalah memilih berita dan informasi yang beragam itu agar relevan untuk audience Indonesia.
Saya kira ini bukan masalah siap atau belum siap, tetapi bahwa era digital itu sesuatu yang harus kita hadapi dan masuki, sesuatu yang niscaya. Artinya, mau tidak mau, kita harus siap. Ini bukan soal mengikuti perkembangan teknologi, tetapi karena sistem digital memang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan TV analog. Pertama-tama, jika kita tidak mengadopsi sistem digital, kita tidak hanya mengalami kemacetan di darat seperti yang kita hadapi sekarang, tetapi juga “kemacetan” di udara karena sumpeknya penggunaan frekuensi untuk berbagai macam kebutuhan seperti untuk penyiaran, komunikasi, penerbangan, pendidikan, dan lain-lain. Dengan beralih ke sistem digital, penggunaan frekuensi akan semakin hemat dan efisien sehingga frekuensi yang ada bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Selain itu, tentu saja untuk para pemirsa TV, dengan beralih ke digital, kualitas gambar di layar akan sangat jernih dan tajam. Selain itu, pilihan saluran dan konten acara pun semakin banyak dan beragam. Sistem digital memungkinkan banyak hal yang dulu dianggap mustahil seperti home-shopping dan siaran interaktif.
Jika menggunakan sistem digital, apa yang sebaiknya diperbaiki?
Saya kira, karena sistem digital ini pada dasarnya berkaitan dengan infrastruktur komunikasi dan penyiaran, pemerintah seharusnya memiliki strategi yang terpadu dan transparan soal sistem digital ini. Apalagi ini akan berkaitan dengan banyak bidang lainnya. Pemerintah tidak hanya harus terlibat dalam pendanaannya tetapi juga dalam regulasi sehingga peralihan dan pemanfaatan sistem digital bisa lebih efektif dan berguna baik masyarakat. Peralihan dari analog ke digital tidak hanya membutuhkan sosialisasi yang luas tetapi juga dana yang tidak sedikit. Karena itu, di banyak negara pemerintah memberi subsidi kepada konsumen dan kemudahan kepada industri yang melayani masyarakat luas.
Baik masyarakat maupun pemerintah harus siap memasuki era digital: siap mental, siap dana, siap sarana pendukung, dan siap dengan regulasi demi kepentingan bangsa dan Negara.
Nama: Frans Padak Demon
TTGL: Bandung, 11 Mei
• SD-SMA dan Sekolah Tinggi Filsafat di Flores, NTT
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia jurusan Moneter & Marketing Management, Jakarta
• Scholarship dan Fellowships: Sophia University, Tokyo, Jepang (1982); FOJO, Kalmar, Swedia (2000); Public Administration Institute, London, UK(2003); Jefferson Fellowship, East West Center, Honolulu, Hawai’I, USA (2004).
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Nov 08, 2024 Comments Off on KPI Gelar Anugerah KPI 2024: “Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju”
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...