Pendapat Tahun 1950-an
Pandangan-pandangan seperti ini bukanlah hal yang baru, karena kemajuan teknologi memang diawali dengan “mimpi” yang kemudian diwujudkan dalam kenyataan. Namun seringkali kenyataan tak mirip sama sekali dengan mimpi. Ketika era radio sedang berjaya di Amerika Serikat di tahun 50-an, tiba-tiba lahirlah “media baru” radio bergambar alias televisi, sehingga timbul pendapat para pengamat yang mengatakan bahwa media radio akan mati. Begitu pula kebutuhan masyarakat akan berita sudah bisa dipenuhi oleh televisi dengan jauh lebih sempurna daripada harus membaca koran. Ternyata imajinasi itu dibuktikan oleh waktu dalam kenyataan bahwa jumlah stasiun radio di Amerika Serikat dalam 30 tahun terakhir meningkat dua kali lipat. Begitu pula jumlah media cetak (publishers) semakin bertambah banyak.
Informasi Melalui Media Internet
Ketika internet lahir dan semakin populer selama 10 tahun terakhir terutama dikalangan generasi muda, dimana orang yang berusia 20 tahunan sekarang lebih banyak mengetahui perkembangan melalui informasi yang diperolehnya dari internet ketimbang melalui surat kabar, radio, ataupun televisi, maka tak heran pandangan ala era tahun 50-an dalam versi yang lain muncul kembali diutarakan para pakar muda yang belum pernah mengetahui kejadian yang mirip pada puluhan tahun yang lalu. Artinya, bisa saja pendapatnya itu nanti akan terbukti benar, namun yang jelas pendapat mirip ini sudah pernah terbukti salah. Memang betul mengakses informasi melalui internet mempunyai keunggulannya tersendiri (cepat dan interaktifitas) dan hal ini mungkin tak tersaingi oleh media tradisional, tetapi media tradisional sendiri pun mempunyai keunggulan pengaksesan yang tak dipunyai internet (misalnya membaca majalah sambil berbaring santai bermalasan).
Para pakar komunikasi muda Singapore ini lupa bahwa kebutuhan seseorang dalam hal berita/informasi tidaklah dapat dipenuhi dengan hanya memudahkan cara aksesnya, dan juga bukanlah hanya soal bagaimana berita itu disebarluaskan (oleh media apapun) sehingga sampai pada dirinya, tetapi jauh lebih penting dari itu bahwa setiap manusia dalam hal apapun ingin selalu merasa enak/nyaman. Sedangkan enak/nyaman itu adalah hal yang paling susah standarisasinya. Si anak muda berusia 20 tahun itu memang membaca berita dari detik.com, karena memang dalam bekerja sehari-hari ia selalu memakai komputer. Tetapi si anak muda yang sama ketika pagi hari sakit perut dan nongkrong di kamar kecil, aktivitas itu dilakukannya sambil membaca koran. Padahal mungkin saja berita di internet sudah lebih up-to-date, tetapi toch “dorongan nyaman dan enak” membuatnya tetap membaca koran untuk aktivitas khusus di tiap pagi hari itu.
Masa Depan Media Tradisional dan Media Internet
Bagaimanapun juga kehadiran media baru akan menimbulkan riak guncangan, namun tak akan sampai membunuh media tradisional, asalkan setiap media mampu mengoptimalkan karakteristik masing-masing. Media baru seperti internet, radio internet, TV internet, hanya merupakan alternatif baru bagi masyarakat dalam mengakses informasi dan hiburan namun tak akan ada yang dapat menjamin bahwa masyarakat kemudian beralih ke media baru tersebut dan meninggalkan media tradisional. Yang sudah pasti akan terjadi, bahwa seseorang akan tetap selektif memilih media berbeda-beda dari seluruh alternatif yang ada sesuai dengan bagaimana rasa enak/nyaman yang diinginkannya pada saat-saat yang berbeda. Misalnya, ketika sedang mengemudi dalam kemacetan lalu lintas Jakarta, maka akan lebih enak/nyaman mendengarkan radio daripada menonton TV, browsing internet, ataupun membaca koran.
Menurut saya, alasan Para Pembicara Singapore di Festival Media Asia itu memojokkan media tradisional, tidak lain tidak bukan karena didorong agar “barang dagangan” mereka laku. Melalui pendapatnya itu, Daniela Aline tentu menginginkan agar jurusan Komunikasi dan Media Baru dari Fakultas Seni dan Ilmu Sosial, dimana ia menjadi dosennya, berhasil membangkitkan semangat orang untuk belajar tentang media baru dan berkuliah di Fakultasnya itu.
Media Corp adalah konglomerat media yang sedang banyak menanamkan investasi pada unit-unit usahanya terkait dengan media internet. Maka tak heran Kenneth Lee mempromosikan bahwa internet suatu saat nanti akan menggantikan media tradisionil. Juga ada pembicara lain yaitu Palwan Gandhi, Kepala Divisi Nokia untuk urusan Mobile TV & Video Experience. Ia mengatakan bahwa dulu nonton TV bareng-bareng sekarang individual. Ia pasti bermimpi bahwa di masa depan orang-orang tidak akan lagi ke bioskop menonton film atau tidak lagi menonton TV di rumah, melainkan mereka akan menonton keindahan dan ketegangan film Gladiator melalui layar handphone Nokia. Ini mimpi Mr.Bombay supaya Nokia-nya laku.
Mimpi sih nggak ada yang larang kok… (arm)