Latest update January 16th, 2025 8:35 PM
Jan 25, 2019 broadcastmagz Column Comments Off on TV Show Bernama Sepak Bola
Cukup menggelitik dan mengundang pertanyaan, kenapa tayangan sepak bola asing seperti Liga Inggris berhasil mengundang banyak pemirsa televisi di Indonesia. Bahkan lebih banyak jumlah pemirsanya dibandingkan tayangan pertandingan sepak bola klub-klub Indonesia sendiri. Ketika pertandingan Manchester City vs Westham United ditayangkan, atau ketika final Piala Champion kemarin Atletico Madrid vs Real Madrid diudarakan (berakhir 1 – 4 Real Madrid juara), walau dini hari sekali pun, tetap saja mulai dari warung-warung di pinggir jalan sampai cafe-cafe di Jakarta dipenuhi dengan orang-orang yang nonton bareng. Nah bayangkan, apalagi ketika World Cup 2014 di Brazil ini.Kalau kita tanyakan alasannya kepada mereka, kesimpulannya: “Menonton tim-tim asing bermain sepak bola memang seru banget, teknik para pemainnya tinggi, kerjasama timnya hebat, strateginya canggih, yang semuanya itu kalau diperbandingkan dengan tim-tim kita masih kalah jauh banget deh“.
Show yang Menarik Sebenarnya apa yang diutarakan oleh para penggemar tayangan sepak bola asing itu tadi merupakan sebahagian dari persyaratan untuk membuat sebuah show yang menarik. Kebanyakan dari para produser acara televisi (atau radio) di Indonesia tidak menyadari ini. Coba Anda tanyakan saja kepada teman Anda yang bekerja di televisi atau radio: “Apa yang membuat sebuah acara (show) begitu menarik?” Tanyakan itu kepada produser, penulis acara, pengarah acara, maupun presenter-nya, saya cukup yakin mungkin hanya sedikit sekali yang bisa menjawab dengan tepat. Karena ketidaktahuan itu, tidak heran makanya show di televisi kita dipenuhi dengan pria bergaya banci, wanita polesan salon yang berani tampil seronok, adegan konyol, kalimat kasar, dan aksi
lutago (lucu tapi goblok) dsb. Itu semua dikarenakan, menurut mereka, memang begitulah cara membuat acara show yang menarik.
Bahwa kenyataannya show yang dibuat seperti itu menghasilkan pemirsa yang banyak (baca: rating yang tinggi), memang tak terbantahkan. Tetapi itu bukan disebabkan masyarakat kita hanya suka yang seperti itu, melainkan karena tidak ada alternatif lain yang disajikan sebagai sebuah tayangan show yang menarik. Saya berani bertaruh pada World Cup 2014 Brazil ini, saking menariknya, rating beberapa pertandingan sepak bola akan lebih tinggi dari show-show konyol tersebut pada time-slot (waktu periode tayang) yang sama. Oleh karena itu, mari kita pelajari bagaimana membuat sebuah show yang menarik dengan mengamati tayangan televisi pertandingan sepakbola internasional.
Penonton Sudah Paham Salah satu sebab kenapa kejuaraan pertandingan tenis kelas dunia seperti Wimbledon tidak banyak penontonnya di televisi Indonesia, itu karena masyarakat kita banyak yang belum paham tentang permainan tenis, misal: Bagaimanakah aturan permainan dalam tenis? Kenapa tiba-tiba score pertama kok 15 – 0? bukannya 1 – 0? Sangat berbeda dengan sepak bola. Masyarakat kita dari Sabang sampai Merauke sudah paham betul bagaimana ketentuan bermain sepak bola, apa tujuan yang harus dicapai, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dsb. Bahkan mereka sudah tahu siapa dan apa peran para pemainnya. Jadi, syarat pertama sebuah show yang menarik adalah kerangka show atau materi show tersebut secara garis besar harus sudah diketahui atau dipahami oleh masyarakat. Ibarat menonton sebuah show Group Band, para penonton sudah mengenal lebih dahulu lagu-lagu beken dari band tersebut, mereka sudah tahu siapa dan apa peran masing-masing anggota band tersebut. Dengan demikian penonton sudah mempunyai “ekspektasi” sebelum show tersebut dimulai. Ini merupakan daya tarik pertama dari sebuah show.
Penonton Tahu Apa Tujuannya Dari sebuah pertandingan sepak bola yang akan ditontonnya, semenjak awal penonton sudah tahu bahwa untuk bisa menang masing-masing tim harus adu banyak mencetak gol di gawang lawan
dalam durasi waktu selama 90 menit. Penonton pun sudah tahu bahwa, misalnya: di akhir pertandingan nanti, tim yang kalah akan gugur, sedangkan tim yang menang akan masuk ke putaran senmifinal dst. Hal inilah yang membuat sebuah pertandingan sepak bola jadi menarik sebagai sebuah show, untuk ditonton. Penonton sudah tahu tujuan dan maksud dari “show” yang akan dan sedang disaksikannya.
Seringkali kalau kita menonton tayangan sebuah acara show di televisi, kita/para penonton tidak tahu mau ke mana tujuan acara ini dan sering terlontar pertanyaan: “Ini acara/show maksudnya apa siih?“ Artinya, salah satu syarat sebuah show untuk dapat menjadi show yang menarik adalah apabila, sedini mungkin calon penonton sudah memiliki gambaran tentang sebuah show: ini acara/show tentang apa, tujuannya apa, bagaimana maksudnya, dsb. Maka membuat sebuah show haruslah memiliki “konsep” dan itulah pula mengapa perlunya sebuah “promo-acara” dibuat dan cukup sering ditayangkan, jauh sebelum waktu penayangan show tersebut di televisi (atau di radio). Sebuah promo-acara bukanlah sekadar iklan tentang akan adanya sebuah acara/show, melainkan juga merupakan tahapan komunikasi pendahuluan untuk membuat penonton mengerti tentang sebuah acara/show, sebelum acara itu ditayangkan.
Ada Keterlibatan Penonton Coba perhatikan bagaimana perilaku penonton pertandingan sepak bola di televisi dalam suatu event “nobar (nonton bareng)”. Mereka berteriak-teriak, mengejek atau mengelu-elukan para pemain tim yang didukungnya atau yang menjadi lawannya. Mereka menonton dengan memakai baju seragam dengan segala atribut tim yang didukungnya, bagai layaknya menonton pertandingan di sebuah stadion sepak bola. Mengapa mereka bersikap seperti itu? Penyebabnya adalah, adanya keterlibatan antara tim yang bertanding dengan si penonton televisi. Tentunya yang dimaksud adalah adanya keterlibatan emosional antara penonton dengan para pemain sebagai individu maupun keterlibatan emosional kepada salah satu tim. Keterlibatan emosional inilah kunci ketertarikan mereka untuk menonton tayangan pertandingan sepakbola.
Maka hal yang sama haruslah ada kalau kita ingin membuat show yang menarik. Acara Show yang akan kita buat itu haruslah memiliki keterlibatan emosional dengan (calon) penonton. Keterlibatan emosional penonton bisa diciptakan melalui thema dan konsep jalannya acara, melalui tamu-tamu yang dihadirkan atau melalui cara penyampaian oleh presenter-nya, bisa juga melalui materi-materi pendukung. Misal: Show ini akan dibuka dengan intro sebuah lagu romantis yang sudah sangat dikenal oleh penonton (ini contoh salah satu cara membangun keterlibatan emosional dengan penonton). Jadi, membangun keterlibatan dengan penonton bukanlah dengan cara mengundang telpon masuk ke studio ataupun dengan memberikan hadiah.
Kelihatannya keterbatasan halaman membuat saya harus berhenti menulis sampai disini dulu. Dari uraian tersebut diatas, kita sudah bisa menarik pelajaran bagaimana membuat sebuah tayangan show yang menarik, dengan mengamati bagaimana serunya tingkah-polah penonton Indonesia melihat tayangan pertandingan sepak bola asing melalui siaran televisi. Kali ini baru sempat tiga butir yang kita tampilkan, masih ada tiga butir lagi yang akan kita bahas dalam tulisan selanjutnya. Mengapa sebuah pertandingan sepak bola kelas dunia, seperti dalam World Cup 2014 di Brazil, sangat enak dinikmati. Point-point yang sama dari tayangan-tayangan pertandingan sepakbola ini,
bisa kita tarik sebagai pelajaran untuk membuat sebuah TV Show yang menarik. Sudah kita kita bahas pada tulisan sebelum ini bahwa untuk membuat sebuah TV Show yang menarik dipersyaratkan 3 hal:
1. Penonton sudah paham: artinya penonton sudah mengenal garis besar isi/materinya secara
umum.
2. Penonton tahu apa tujuannya: artinya penonton sudah mengerti apa maksud/tujuan
acara/show ini.
3. Ada keterlibatan emosional antara penonton dan show tersebut.
Kita lanjutkan dengan tiga syarat tambahan selain ketiga syarat tersebut di atas agar show tersebut sempurna menarik sebagai sebuah tontonan.
Keterampilan Pemain/Pementas
Hampir semua pertandingan sepakbola dapat disebut menarik untuk ditonton apabila kedua kesebelasan yang bertanding memiliki pemain-pemain “jagoan”, yang dijadikan andalan. Manchester United akan kurang menarik ditonton apabila Rooney atau Van Persie tidak diturunkan, bukan? Mengapa demikian? Itu karena penonton ingin menyaksikan keterampilan individual mereka. Kesebelasan Brazil, rata-rata pemainnya memiliki keterampilan individual yang tinggi. Sehingga, sekalipun mereka bukan kesebelasan yang memegang gelar Juara Dunia, tetapi hampir setiap penampilan kesebelasan Brazil memang mengasyikan untuk ditonton. Dari sini kita dapat belajar bahwa kalau acara televisi atau acara radio show kita ingin menarik banyak pemirsa atau pendengar, maka mau tidak mau para presenter/reporter atau para pemain/pementas panggung harus memiliki keterampilan ilmu yang tinggi, baik keterampilan teknis maupun non teknis. Tergantung show apa yang hendak Anda sajikan.
Contoh: Apabila Anda hendak menampilkan talk-show, maka si presenter harus memiliki keterampilan (1) Teknis, adalah seperti: Teknik Berbicara; Teknik Presentasi/Membawakan Acara. (2) Non Teknis, antara lain seperti: Cara Bertanya; Cara Berpenampilan (di depan kamera) ; Sopan- santun dan juga kreativitas.
Apabila show yang hendak disajikan adalah acara musical-show, maka pengetahuan non teknis tentang musik-pun harus dikuasai. Kalau kebetulan Anda pula yang harus mengoperasikan mixer dan peralatan lain dalam sebuah “radio morning show”, maka kemahiran Anda menggunakan dan memainkan mixer dan peralatan lainnya akan sangat membantu membuat show anda menarik. Kalau kebetulan Anda menggunakan nara-sumber, maka nara-sumber tersebut haruslah yang kompeten, mumpuni dalam bidangnya.
Fokus dan Jaga Kualitas Selama Berlangsung
Pernahkah Anda melihat sebuah pertandingan dua tim kesebelasan sepak bola yang sama-sama hebat? Terlihat sekali bagaimana mereka saling serang dan saling bertahan dalam kondisi apapun sampai detik terakhir. Terlihat sekali walaupun para pemain sudah lelah, tapi mereka tetap menampilkan permainan terbaiknya untuk menjebol gawang lawan. Namun ketika skor akhirnya adalah 0–0, tentu ada sedikit kekecewaan di antara para penonton dan supporter kedua kesebelasan tersebut. Tapi cobalah Anda tanyakan kepada penonton, apakah mereka menilai pertandingan tersebut buruk atau menarik? Saya jamin, tidak seorang pun yang akan menilai pertandingan tersebut sebagai tidak menarik. Mereka semua tetap akan mengatakan pertandingan tersebut menarik. Mengapa? Karena kualitas permainan dari setiap pemain memang tidak ada yang buruk, dari awal hingga akhir, walaupun hasilnya kosong–kosong.
Untuk mudahnya mari kita perbandingkan dengan melihat sebuah pertunjukan “stand-up comedy show”, dimana setiap peserta mendapat waktu sekitar 2-3 menit untuk “melucu”. Setiap peserta kemudian mengeluarkan segala kemampuannya untuk membuat penonton tertawa, bukan? Sering sekali terlihat ada beberapa peserta yang sudah kehabisan bahan untuk melucu ketika masih setengah jalan, tetapi karena masih banyak waktu yang tersisa, sehingga akhirnya terpaksa ia harus memanjang-manjangkan dengan menambah-nambah keluar dari materi lucu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Akibatnya justru lawakannya menjadi tidak lucu, yang menyebabkan si peserta malah gagal di akhir, padahal di awalnya cukup berhasil mengundang tawa. Kesalahan seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi. Oleh karena itu, untuk sebuah show, persiapkanlah bahan/materinya dengan cukup, dan jaga stamina diri agar kualitas show terus terjaga dari awal hingga akhir.
Klimaks (Puncak Pertunjukan)
Dalam World Cup 2014 di Brazil, pelatih kesebelasan Portugal, Felipe Scolari masih agak cemas, karena kondisi Cristiano Ronaldo dikabarkan masih belum pulih 100% dari cedera yang dideritanya. Pelatih kesebelasan Argentina, Alejandro Sabella juga sedang meragukan kondisi fisik dan mental Lionel Messi, apakah benar-benar siap untuk tampil maksimal dalam turnamen yang panjang dan berat ini? Tetapi saya yakin, para pelatih kelas dunia pasti akan memainkan para bintang lapangan mereka.
Masalahnya tinggal kapan. Umumnya langkah yang akan diambil adalah “memasang” para bintang lapangan yang belum fit ini pada bagian akhir. Misalnya pada 15 menit terakhir babak II. Atau mungkin tidak menurunkannya sama sekali pada pertandingan-pertandingan pertama karena dianggap kurang penting. Misal, bisa saja nanti Messi tidak diturunkan pada pertandingan pertama antara Argentina vs Trinidad. Artinya, para pelatih kelas dunia itu umumnya pandai memperhitungkan, dengan memberikan yang terbaik pada kondisi yang penting, dalam hal ini umumnya di bahagian akhir. Penonton pun menunggu-nunggu dengan harap-harap cemas apakah sang jagoan akan dimainkan? Perhatian dan ketegangan emosi pun meningkat dalam mengikuti dan menyaksikan pertandingan tersebut.
Akhirnya ketika sang jagoan dimainkan oleh pelatih, maka penonton pun bersorak gembira sebagai sebuah klimaks.
Oleh karena itu, apabila kita hendak membuat sebuah show, kita harus selalu mempunyai terlebih dulu sebuah bahan/materi yang nanti akan menjadi kunci klimaks (puncak) dari sebuah pertunjukan. Kunci klimaks inilah yang akan dipasang di dekat-dekat akhir dari sebuah show. Kunci klimaks ini nanti yang akan menjadi semacam oleh-oleh untuk dibawa pulang oleh penonton. Kalau kita kembalikan ke contoh kita sebuah stand-up comedy show, maka mungkin materi yang paling lucu harus diletakkan pada bagian akhir dari show tersebut. Klimaks sebelum mengakhiri sebuah show sudah harus direncanakan untuk ditampilkan pada bahagian akhir acara. Contoh yang paling sering saya saksikan, (karena adikku sendiri sih) yaitu pada Konser Musik Fariz RM. Menjelang show akan berakhir, barulah lagu-lagu hits legendarisnya dimunculkan, seperti: Barcelona dan Sakura. Para penonton pun puas setelah memperoleh “hadiah” untuk dibawa pulang… pertunjukkan pun berakhir. (arm)
Jan 16, 2025 0
Jan 16, 2025 0
Jan 16, 2025 0
Jan 15, 2025 0
Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Mar 30, 2024 Comments Off on ABU-DBS 2024: LPP TVRI Mendorong Perubahan positif, dan Menciptakan Ekosistem Penyiaran dan Media yang Lebih Baik
Sep 07, 2020 Comments Off on Berita Negatif di TV
Oct 07, 2019 Comments Off on Masalah Produk atau Pemasaran?
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Nov 08, 2024 Comments Off on KPI Gelar Anugerah KPI 2024: “Penyiaran Tumbuh, Indonesia Maju”
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...