Epson & Sembilan Matahari Menggelar Mapping From Home Festival

Jun 28, 2020 broadcastmagz What's On Comments Off on Epson & Sembilan Matahari Menggelar Mapping From Home Festival

---

Epson Indonesia dan Sembilan Matahari menginisiasi kegiatan Mapping From Home (MFH) Festival yang bertujuan untuk mengajak masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, para peminat atau pekerja kreatif, untuk memproyeksikan ekspresi, rasa, dan harapan mereka selama #dirumahaja.

MFH Festival ingin mengajak sekaligus mendorong para peserta untuk berbagi cerita, semangat, apresiasi, dan motivasi dari rumah masing-masing, agar dapat menginspirasi dan menyemangati solidaritas antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan bahkan aparat negara dalam melakukan perlawanan terhadap Covid-19.

Semangat solidaritas ini juga dimunculkan dalam rangkaian kegiatan MFH Festival, dimulai dari penerimaan karya hingga puncak acara.

Rangkaian MFH Festival berlangsung selama bulan Ramadhan hingga pertengahan Juni 2020 ini juga menghadirkan online workshop dan talkshow berisi sharing ilmu visual, audio dan teknologi dari beberapa mapping artist yang sudah lama berkiprah dalam dunia video mapping. Seperti diketahui, video mapping merupakan teknologi media yang adaptif dan fleksibel layaknya kreativitas yang tidak memiliki batas.

Pendaftaran tidak dipungut biaya dan mulai dibuka 15 Mei 2020, dan ditutup pada tanggal 23 Mei 2020. MFH Festival terbuka bagi pelajar/mahasiswa dan umum, baik yang sudah memiliki projector sendiri maupun belum.

Menurut Zanipar SA Siadari, Senior Manager Product Marketing Visual Instrument & Printer Epson, kegiatan ini dimulai dari sebuah masalah atau keterbatasan.

“Awal Maret, kita PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dimulai dari Jakarta kemudian ke daerah lain seperti Jawa Barat. Saat kita melihat semua masyarakat dihadapkan kepada situasi yang baru. Situasi penuh keterbatasan karena social distancing. Masalah itulah yang menjadi cikal bakal diluncurkan Mapping From Home (MFH)Festival. Kalau tidak ada masalah itu mungkin tidak pernah muncul ide ini. Tujuan sebenernya dari acara ini adalah apa yang bisa dilakukan dari masyarakat untuk masyarakat. Kontribusi untuk masyarakat juga. Di Eropa, mapping dilakukan di gedung besar. Mereka yang membuat adalah profesional yang menshare pesan (dukungan) kepada tenaga medis. Kita ingin melibatkan banyak orang. Dari kita untuk orang. Melakukan sesuatu yang sudah eksis dengan cara yang baru. Kuncinya adalah melakukan hal yang menarik dan engaging dan itu melalui new media, terpikirlah media mapping dan kita ingin orang lain yang membuat dan saya menghubungi kang Adi dari Sembilan Matahari supaya masyarakat berkontribusi untuk masyarakat, juga melibatkan asosiasi desain visual Indonesia, melibatkan universitas seperti ITB, Sampurna University,” ungkap Zanipar saat preskon virtual, Sabtu (27/6)..

Sebagai praktisi dan kreator di bidang video mapping, Adi Panuntun, CEO Sembilan Matahari tentunya menyambut baik gagasan tersebut. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah kebanggaan buat Sembilan Matahari. Setelah menekuni sekitar 10 tahun di video mapping yakni sejak tahun 2010 saat pertama kali Sembilan Matahari membuat video mapping di museum Fatahillah, Jakarta, dan itu pertama kali video mapping diperkenalkan kepada publik, kini video mapping difestivalkan dan banyak hal yang menarik.

“Jumlah peserta banyak dan kualitas karya terlihat sangat niat dan sangat bagus. Kita sebagai juti gak menyangka (hal tersebut). Sekarang rumah-rumah menjadi pusat keunggulan baru,” jelas Adi Panuntun.

Sejatinya, MFH Festival memang ingin mengajak masyarakat umum untuk merangkul kenormalan baru, dimana meskipun diam di rumah tapi tetap dapat melakukan segalanya, karena tembok hanya bisa membatasi raga tetapi tidak dapat membatasi imajinasi dan eksplorasi.

Hal ini sejalan seperti apa yang disampaikan Zanipar.

“Saat kita di rumah, ini keterbatasan menjadi tanpa batas,” jelas Zanipar.

MFH Festival yang saat ini diikuti sedikitnya 50 peserta diharapkan dapat menjadi alternatif untuk festival video mapping yang berkualitas.

Tentunya, festival ini pun diharapkan menjadi event reguler yang bisa digelar setiap tahun.

Comments

comments

---