PERINGATI HARI GURU NASIONAL, NET DAN INDONESIA HERITAGE FOUNDATION GELAR VIRTUAL TALK SHOW “CEGAH MENTAL ILLNESS LEWAT PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KARAKTER”

Nov 27, 2021 broadcastmagz What's On Comments Off on PERINGATI HARI GURU NASIONAL, NET DAN INDONESIA HERITAGE FOUNDATION GELAR VIRTUAL TALK SHOW “CEGAH MENTAL ILLNESS LEWAT PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KARAKTER”

---

Jakarta, 27 November 2021 – Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional, NET dan Indonesia Heritage Foundation (IHF) menggelar virtual talk show “Cegah Mental Illness Lewat Pendidikan Holistik Berbasis Karakter” yang dilaksanakan pada Jumat, 26 November 2021, mulai pukul 15.00 WIB, secara live di YouTube Netmediatama dan Facebook NetMediatamaTelevisi.

Acara yang dipandu oleh Vannico Soekarno ini menghadirkan Ratna Megawangi selaku Founder IHF dan Rektor Institute of Character Education PHBK. Selain itu, ada juga Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah dan Emil Dardak selaku Wakil Gubernur Jawa Timur.

Menurut Deddy Sudarijanto (CEO NET), lembaga penyiaran nasional NET memiliki perhatian cukup besar terhadap tumbuh kembang generasi muda di Indonesia yang merupakan bagian dari pemirsa NET. “Di hari guru kali ini, NET mengajak praktisi pendidikan karakter Ratna Megawangi, beserta tokoh pemimpin muda yang cukup populer saat ini Ganjar Pranowo dan Emil Dardak untuk berbagai inspirasi tentang pendidikan holistik berbasis karakter. Pengembangan karakter menjadi salah satu kunci penting generasi muda kita dalam memperkuat kesehatan mental meraih cita-citanya lewat pendidikan akademik di sekolah maupun kampus,” jelas Deddy Sudarijanto.

Sampai sekarang, masalah kesehatan masih menjadi isu yang perlu diperhatikan. Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukan penduduk berusia di atas 15 tahun yang mengalami gangguan mental emosional berjumlah lebih dari 19 juta dan lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi. Sementara berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes 2016, terdapat 1800 orang yang bunuh diri per tahun atau 5 orang per hari. Sebanyak 47,7 persen korban bunuh diri berusia 10 sampai 39 tahun, yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

“Ironisnya, anak usia di bawah 18 tahun itu dari segi paparan, fatality rate-nya paling tidak rentan. Tapi mereka mengalami yang lebih besar masalahnya yaitu kesehatan mental. Ini kalau sudah terjadi pada anak-anak usia dini, dampaknya terbawa sampai dewasa. Stress itu ternyata bisa mengubah DNA, yang tadinya tidak ada penyakit bawaan, karena stress itu ada metilasi DNA yang akan membuat penyakit degeneratif itu akan terlihat di masa depan,” ungkap Ratna Megawangi.
Ratna mengatakan bahwa untuk menjaga kesehatan mental anak adalah buat anak gembira dan bersemangat. Sebab kunci dari kesehatan mental itu sendiri adalah emosi positif. Di sekolah karakter, anak-anak disiapkan untuk belajar dalam konteks aktif yang bisa menghilangkan emosi negatif. Dengan menerapkan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK), seluruh dimensi manusia berkembang secara seimbang dan optimal.
“Ini sebuah model pendidikan untuk membangun karakter. Membangun karakter membutuhkan metode holistik, bagaimana membangun pengetahuan selain nilai-nilai, yang penting itu membangun feeling, seorang anak itu jatuh cinta pada kebaikan, kebiasaan melakukan kebaikan, secara holistik dibangun semua dimensi manusianya. Orang yang berkembang seluruh dimensinya akan menjadi orang yang bijak atau manusia seutuhnya. Kami membuat model yang bukan cuma konsep saja, tapi sampai bagaimana aktivitas di kelas yang bisa membangun karakter,” tutur Ratna.
Dalam pendidikan anak-anak, guru berperan sebagai fasilitator. Guru harus terampil dalam membangun suasana berkomunikasi hingga membangun sekolah yang menyenangkan. Apalagi, seiring berkembangnya zaman, guru harus semakin kreatif dalam mengajar murid-muridnya. Di Hari Guru Nasional, Ganjar Pranowo dan Emil Dardak memberikan pesan untuk sang pahlawan tanpa tanda jasa.
“Untuk bapak dan ibu guru, ini tantangan yang luar biasa. Tap, saya yakin guru-guru kita ilmunya cukup, pengalamannya ada, mungkin perlu distimulus dengan ruang untuk berekspresi dan berinovasi. Saya izinkan di Jawa Tengah, seluruh guru bebas berekspresi dengan seluruh kemampuannya, teknologi mengajarnya, sehingga bisa memberikan semangat kepada anak-anak. Terus inovasi, berkreasi, ini kesempatan kita untuk merespons persoalan yang selama ini kita tidak ketahui. Jadi, keluarkan semua kemampuan dan kami akan berikan fasilitas itu,” jelas Ganjar Pranowo.
“Saya berharap jangan ada guru yang merasa minder atau insecure. Jangan ada guru yang merasa ketuaan untuk belajar hal baru. Memang kita menghadapi anak-anak yang kita bicarakan, nanti dia cek di Google. Ini bukan masalah yang lebih tahu dan lebih pintar, tapi guru bisa membimbing anak-anak kita mengeluarkan potensi terbaik mereka. ini gak akan bisa kalau gak ada rasa sayang dari guru ke murid. Jadi, ini tugas yang mulia dan saya yakin di momen Hari Guru ini, saya yakin semua guru akan bisa makin inovatif dan kreatif,” timpal Emil Dardak.

Comments

comments

---