Latest update October 13th, 2024 10:26 PM
Jan 11, 2018 broadcastmagz Film & Music, What's On Comments Off on SILARIANG: CINTA YANG (TAK) DIRESTUI, SIAP TAYANG DI LAYAR BIOSKOP MULAI 18 JANUARI 2018
Satu lagi film layar lebar berlatar budaya Bugis Makassar hadir di perfilman tanah air. Begitu banyaknya nilai-nilai budaya Bugis yang menarik untuk diangkat ke layar lebar yang bisa ditunjukkan ke masyarakat lndonesia, khususnya anak-anak muda.
“Dalam beberapa tahun belakangan, ada kegairahan untuk mengangkat isu-isu lokal. Bahwa lndonesia bukan hanya Jakarta atau Jawa. Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Sebagai putra daerah, tentu saja saya juga ingin mangangkat nilai-nilai budaya dari kampung halaman saya, Makassar. Dan saya percaya kearifan lokal bakal menjadi kekuatan baru di perfilman lndonesia,” ujar Ichwan persada selaku produser film ini.
Film yang mengangkat isu yang tak lekang jaman di kalangan Bugis Makassar berkisah tentang cinta dua insan yang tak direstui. Sebuah kisah cinta yang timeless dan selalu relevan untuk diangkat menjadi sebuah cerita menarik, terutama di kalangan anak muda. Begitulah film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” hadir di perfilman tanah air untuk menggambarkan sebuah kisah percintaan yang selalu happening dari masa ke masa. Dan Silariang sendiri merupakan sebuah isu yang tak lekang oleh jaman di kalangan Bugis Makassar.
“Tema ‘silariang’ bukanlah hal baru di industri kreatif tanah air. Di tahun 70-an, sastrawan terkenal asal Makassar sekaligus peraih Piala Citra, Rahman Arge (almarhum) sudah mengangkatnya dalam sebuah cerita pendek. Lalu, tahun 1990-an, Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan juga memproduksi film berjudul “Jangan Renggut Cintaku”. Dan film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” menjadi menarik dan segar dari kisah-kisah tentang silariang sebelumnya karena mengambil perspektif dari pelakunya,” cerita Ichwan.
Film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” merupakan produksi perdana dari rumah produksi asal Makassar, Inipasti Communika bekerjasama dengan Indonesia Sinema Persada, dengan melibatkan sineas-sineas muda lndonesia hasil kolaborasi Makassar dan Jakarta. Sebut saja Wisnu Adi, sebagai sutradara, Kunun Nugroho sebagai co-sutradara, penulis skenarion Oka Aurora, Luna Vidya sebagai pengarah peran dan banyak lagi.
Sesuai dengan targetnya, yaitu anak muda, dan konsep film yang mengangkat budaya Bugis, Film “Silariang: Cinta Yang (Tak) Direstui” pun tak lepas menggandeng sederet aktor muda lndonesia, seperti Bisma Karisma, Andania Suri, peraih 2 piala Citra, Dewi Irawan, serta aktor lokal berbakat Makassar seperti Nurlela M.Ipa, Muhary Wahyu Nurba, Sese Lawing, Cipta Perdana, Fhail Firmansyah dan didukung sejumlah pemain-pemain berbakat Makassar lainnya.
Mempercayakan penyutradaraan film ini kepada Wisnu Adi bukanlah hal yang sulit bagi Ichwan karena yang sebelumnya Wisnu sudah menyutradarai film Miracle: Jatuh dari Syurga yang diproduseri oleh Ichwan Persada.
“Sebelumnya saya sudah dua kali bekerjasama dengan Wisnu Adi di film dokumenter panjang “Cerita Dari Tapal Batas” dan “MIRACLE: Jatuh dari Syurga.” Dalam produksi film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” kami mengedepankan konsep kolaborasi. Dalam hal ini, crew profesional berbagi ilmu dengan anak-anak muda yang untuk pertama kalinya terjun di produksi film layar lebar. Juga pemain sekaliber peraih 2 piala Citra, Dewi Irawan, bisa beradu akting dengan aktor-aktris baru yang baru pertama kali mengikuti kasting film dan lolos seleksi seperti Nurlela M.Ipa, Sese Lawing, Muhary Wahyu Nurba, Cipta Perdana dan Fhail Firmansyah,” ujar produser yang sebelumnya juga memproduseri film Hijaber in Love ini.
Buat Wisnu Adi sendiri, awal ditawarkan menyutradarai film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” cukup menarik hatinya. “Kesederhanaan cerita ini ini menjadi daya tarik tersendiri. Film ini mengangkat realita yang sering terjadi di kehidupan kita. Cerita tentang cinta yang akhirnya menjadi sangat rumit. Cerita tentang keluarga, sosok ibu, perkawinan siri, bibit-bebet-bobot.” Jelas Wisnu.
Proses produksi film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” sejak pertama kali riset, penulisan, hunting lokasi, proses latihan dialek Makassar serta syuting film hingga post production menghabiskan waktu yang cukup panjang. Meski tak menyebutkan lokasi spesifik di adegan film, sebagian besar gambar direkan di lokasi wisata eksotis, Rammang Rammang, yang tengah dibidik menjadi primadona pariwisata. Rammang Rammang berjarak sekitar sejam perjalanan dari Makassar.
Dalam pemilihan para pemain, para pembuat film tak memiliki kesulitan dalam proses pemilihan karakter. Sekitar sebulan sebelum syuting, secara intensif para pemain dari Jakarta digojlok untuk melatih dialek Makassar. Untuk karakter Zulaikha yang diperankan oleh Andania Suri juga ada treatment khusus karena perannya sebagai bangsawan Bugis.
“Dalam mendalami peran dan latihan dialek Makassar, saya butuh waktu 3 bulan. Awalnya sulit luar biasa karena belum terbiasa. Tapi beberapa waktu tinggal disana, lama kelaman jadi terbiasa. Bahkan, setelah syuting selesai pun masih terbawa logat makassarnya,” cerita Andania Suri, pemeran Zulaikha.
Untuk film ini, Inipasti Communika dan lndonesia Sinema Persada juga memutuskan untuk mengembangkan Intellectual property (IP) film ini. Film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui”tak hanya berupa film untuk bisa dinikmati oleh masyarakat pecinta film saja, tapi juga beberapa intelectual property product yang tak kalah menariknya. “Kami menerbitkan buku novel yang diterbitkan oleh Coconut Books/Melvana Publishing dan juga official merchandise menarik bekerjasama dengan Tees Indonesia” ujar Prisilla Puspitasari, selaku Eksekutif Produser dari Inipasti Communika.
Tak hanya itu, film “SILARIANG: Cinta Yang Tak Direstui” juga megeluarkan original soundtrack dengan theme song berjudul ‘Meski Kau Tak Ingin’, yang dinyanyikan oleh Musikimia. Lagu ‘ Meski Kau Tak Ingin’ ini sendiri sudah dirilis dalam format album berjudul Intersisi (2016) dan diproduksi Sony Music Entertaiment Indonesia (SMEI). Selain dijual secara fisk, versi digitalnya juga bisa didapatkan di berbagai platform.
Tak hanya itu, sederet lagu merdu dengan lirik penuh makna banyak dihadirkan dalam film ini. Bisma Karisma, sang pemeran utama pun menyumbang satu lagu berjudul ‘Rumah’ yang liriknya bercerita tentang pasangan hidup yang selalu menjadi ‘rumah’ bagi dirinya. Ada juga lagu ‘Jauh’ yang dibawakan oleh Bayu Biru, ‘I Love Makassar City’ dari Fandy WD, ‘Rumahku di Sisimu’ dari El Matulessy, serta lagu berbahasa Bugis Makassar , ‘Inninawa’ yang diaransemen ulang oleh Nadya Fatira, yang sekaligus juga menjadi penata musik film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui”. Khusus lagu ‘Inninawa’, Nadya membawakan lagu ini dengan musik dan suara yang menyentuh hati siapapun yang mendengarnya.
Antusias dan dukungan menyambut hadirnya film “SILARIANG:Cinta Yang (Tak) Direstui” tak hanya datang dari masyarakat Bugis Makassar dan para pecinta film, tapi juga datang dari beberapa tokoh masyarakat, seperti walikota Makassar, Bapak Danny Pomanto maupun kepala Badan Ekonomi kreatif, Bapak Triawan Munaf serta ibu Nurwasih Nur Aziz selaku ketua Umum PP IWSS yang memuji hasil dari film tersebut.
“Film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” diharapkan bisa memberi dukungan pada tumbuh kembang industri kreatif pada skala lokal dan juga diharapkan mampu mengajak sineas nasional lainnya untuk menelusuri budaya hingga lokasi-lokasi menarik lainnya yang tersebar di penjuru Sulawesi Selatan, dan dalam film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” ini, kami sengaja menggunakan terjemahan bahasa lndonesia di sebagian adegannya demi memudahkan kisah yang sesungguhnya universal ini bisa diterima oleh segenap masyarakat lndonesia,” ujar Ichwan.
“Film ini memberikan nilai respect atas segala sesuatu. Saat kita berani berjuang untuk sesuatu yang kita yakini, itulah kemenangan yang sejati. Nilai respect keluarga antara anak dan orangtua terkadang sudah mulai jauh dari kehidupan kita saat ini,” tutup Wisnu
Film “SILARIANG: Cinta Yang (Tak) Direstui” akan beredar di bioskop di seluruh lndonesia muali 18 Januari 2018.
Oct 13, 2024 0
Oct 13, 2024 0
Oct 11, 2024 0
Oct 11, 2024 0
Oct 13, 2024 0
Oct 13, 2024 0
Oct 11, 2024 0
Oct 11, 2024 0
Jun 20, 2024 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Designer Indonesia Cynthia Tan
Jakarta, Broadcastmagz – Cynthia Tan, desainer fesyen...May 06, 2024 Comments Off on Punya Single Lagu Timur, Gunawan Enjoy Banget
Jaka, Broadcastmagz – Bernama lengkap Gunawan...Mar 23, 2024 Comments Off on Iman Brotoseno, Direktur Utama TVRI: Menjaga Eksistensi TVRI di Era Digital
Jakarta, Broadcastmagz – Hari Rabu, 15 November 2023...
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Aug 06, 2024 Comments Off on Implementasi AI (Artificial Intelligence) dalam Dunia Broadcasting Masa Kini dan Nanti
Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Jun 27, 2022 Comments Off on Lembaga Penyiaran Harus Lakukan Riset Guna Bersaing dengan Media Baru
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...