Latest update March 19th, 2024 3:01 AM
May 13, 2019 broadcastmagz Column Comments Off on Bosan Siaran
Hal ini lumrah karena publik yang setiap pagi mendengarkan suara penyiar radio yang sedang siaran, maupun ketika di malam hari menonton acara yang dibawakan oleh presenter televisi, memang hanya mampu menilai sebatas apa yang didengar atau disaksikannya.
Tentu saja yang didengar dan disaksikannya adalah para penyiar yang tampil happy. Publik tidak mengetahui usaha-usaha yang dilakukan di balik itu semua, yang seringkali memakan waktu kerja lebih banyak dari jam kerja normal delapan jam per hari. Wajah-wajah yang muncul dan suara yang terdengar memang harus terkesan “happy”, karena kalau tidak tentu saja publik tak merasa terhibur.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa para penampil itu adalah orang biasa saja, seperti pekerja yang harus melakukan tugas guna mencari nafkah. Mereka juga sering merasa lelah dan juga bosan dalam melaksanakan tugasnya.
Berbicara mengenai Kebosanan sebenarnya membicarakan soal keadaan tingkat Emosi dan bukan membicarakan tentang Aktivitas. Artinya di sini soal “rasa” bosan, walaupun yang menyebabkan timbulnya perasaan itu bisa saja sebuah aktivitas atau sebuah situasi/keadaan. Contohnya, sebuah aktivitas yang rutin bisa menimbulkan kebosanan. Sebuah situasi yang berlangsung tetap begitu-begitu saja mudah menimbulkan kebosanan. Makanya sering sekali kita mendengar nasehat-nasehat bahwa untuk mengatasi rasa bosan kita harus kreatif, inovatif dalam upaya keluar dari kerutinan dengan terus memunculkan hal-hal baru.
Anehnya, ada sebuah fenomena juga dimana ada seorang yang sangat kaya-raya, dimana ia bisa mendapatkan apa saja yang diinginkannya, tetapi ia mati bunuh diri dengan alasan “bosan”. Padahal hidupnya sangat variatif. Ia selalu bepergian ke manapun ke tempat-tempat baru. Ia pernah berpindah rumah tinggal sampai empat kali dalam setahun. Pendek kata tak pernah ada satu hari yang sama dalam kehidupannya. Ini membuktikan bahwa variasi pun tidak menjamin bakal tidak timbulnya rasa bosan. Banyak pembahasan ahli psikologi dan teori tentang “rasa” bosan ini.
Salah satu pendapat ahli yang paling saya setujui adalah pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya manusia terlahir dengan dorongan perasaan “keinginan untuk lebih”. Dorongan ingin lebih inilah yang membuat peradaban manusia semakin maju. Jadi sebenarnya manusia selalu diliputi perasaan “kurang”.
Itu sebabnya bisa dikatakan, sumber dasar dari munculnya rasa bosan adalah karena “tidak ada lagi yang kurang dalam realita, padahal di bawah sadar, manusia sudah diprogram dari sononya untuk selalu merasa kurang”. “Kontradiksi” inilah yang dalam jangka waktu tertentu menimbulkan semacam ketegangan psikologis-emosional yang kita kenal sebagai “kebosanan”.
Misalnya, Anda sudah bekerja dengan kesibukan yang maksimal, tetapi hasil kerja tetap sama. Pastilah setelah beberapa waktu akan menimbulkan kebosanan. Karena sudah tidak ada lagi yang kurang dari usaha Anda, tetapi Anda tahu sebenarnya masih ada yang kurang (terbukti dari hasil kerja yang tetap sama).
Contoh lain lagi, ketika Anda sendirian di stasiun menunggu kereta api yang tidak muncul-muncul. Kondisi seperti ini juga pasti akan menimbulkan kebosanan setelah beberapa waktu. Karena Anda sudah datang tepat waktu (artinya sudah tidak ada yang kurang dari sisi upaya) tetapi kondisi tak berubah (stasiun tetap kosong karena kereta api tak juga datang) sehingga sebenarnya Anda tahu ada sesuatu yang kurang. Timbulah ketegangan psikologis-emosional.
Pekerjaan yang sama yang harus dilakukan setiap hari pada waktu yang sama, seperti pekerjaan seorang penyiar, cepat atau lambat jelas akan menimbulkan kebosanan (karena tuntutan diri sebenarnya ingin lebih). Situasinya mirip dengan contoh diatas. Anda merasa upaya Anda sudah maksimal dalam siaran tetapi Anda merasa bahwa respon publik atau bisa juga jumlah pendengar/penonton Anda tidak berubah atau malah turun.
Kalau Anda cukup jeli dan mau berpikir penyebab timbulnya rasa bosan ada tiga faktor kunci. Pertama, Anda “merasa” upaya Anda sudah maksimal. Kedua, karena respon pendengar/pemirsa ternyata tak berubah membaik, dimana itu menjadi pemicu perasaan Anda bahwa ada yang “kurang”. Ketiga, disadari maupun tak disadari, dorongan perasaan “kurang” yang muncul tersebut “bertentangan” dengan perasaan Anda sebelumnya yaitu “merasa upaya sudah maksimal/tak ada lagi yang kurang”
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka solusi agar Anda tak merasa bosan siaran bukanlah dengan mem-variasi-kan cara bekerja Anda seperti kebanyakan usulan dan nasehat selama ini, melainkan dengan merubah “cara berpikir dan tindak lanjut action Anda”. Ajaklah pikiran Anda untuk melakukan “lebih”.
Pertama: Jangan pernah berpikir bahwa siaran Anda sudah cukup baik. Selalu berpikir bahwa siaran Anda masih banyak kekurangannya, sehingga selalu terbangkit “rasa keinginan untuk lebih baik”, yang akan memotivasi action Anda ke arah itu.
Kedua: Temukan indikator yang Anda percayai (misal, indikator respon pendengar) yang dapat Anda jadikan tolok ukur dan juga bahan kajian untuk melakukan perbaikan siaran Anda. Walaupun hasilnya baik sekalipun, selalu liat di mana kekurangannya. Supaya pikiran mengarah untuk “lebih”.
Ketiga: Lakukan (perubahan yang perlu pada) tindak-lanjut action setiap hari, konsisten serta fokus berdasarkan kajian dari indikator. “Pikiran ingin lebih” yang terus dibangun, membuat tidak terjadinya kontradiksi dengan “Perasaan Ingin Lebih” yang sudah terprogram otomatis dalam diri manusia.
Jadi, kalau Anda merasa bosan siaran, ubahlah cara berpikir dan lakukan tindak-lanjut action berdasarkan kajian atas hasil. Sedangkan variasi content maupun variasi cara seperti yang selama ini sering disarankan, hanyalah merupakan salah satu action yang mungkin tepat (atau mungkin juga salah) untuk mengatasi rasa bosan Anda untuk siaran.
Hasilnya, bukan saja rasa bosan hilang tetapi mutu siaran andapun akan semakin baik. (arm-sumber: Buku Radio is Sound Only karya Andy Rustam dan Harley Prayudha)
Mar 19, 2024 0
Mar 19, 2024 0
Mar 17, 2024 0
Mar 16, 2024 0
Sep 07, 2020 Comments Off on Berita Negatif di TV
Oct 07, 2019 Comments Off on Masalah Produk atau Pemasaran?
Apr 03, 2019 Comments Off on PERBEDAAN GENERASI DALAM BROADCASTING
Jan 25, 2019 Comments Off on TV Show Bernama Sepak Bola
Oct 25, 2023
Comments Off on
Rubi Roesli, Arsitek dan Founder dari Biroe Architecture & Interior Kembali Menata Interior
JFW2024
Jun 07, 2023 Comments Off on DJ Asto, Dari Musik ke Politik
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut...Apr 27, 2023 Comments Off on Lebih Dekat Dengan Kathy Permata, Content Creator Komedi Multitalenta
Jakarta, Broadcastmagz – Kathrine Permatasari atau...Apr 17, 2023 Comments Off on Lebih Dekat dengan CEO BINAR Alamanda Shantika
Nama Alamanda Shantika sudah tidak asing bagi pegiat...Mar 09, 2023 Comments Off on Mengenal Mr. Ng Ngee Khiang, Managing Director Epson Indonesia Yang Baru
Jakarta, 09 Maret 2023 – Epson Indonesia, menunjuk Ng...Feb 14, 2024 Comments Off on KPI Minta MNC Group Menghentikan Penayangan Konten Siaran Berunsur Kampanye pada Hari Pemungutan Suara
Jun 27, 2022 Comments Off on Gubernur Sulut Nilai Gerakan Literasi Tingkatkan Kualitas Isi Siaran
Jun 27, 2022 Comments Off on Media Penyiaran Hadapi Persaingan Tak Adil dari Media Berbasis Internet
Jun 27, 2022 Comments Off on Lembaga Penyiaran Harus Lakukan Riset Guna Bersaing dengan Media Baru
Feb 22, 2017 Comments Off on Jejak Langkah Televisi Indonesia
Jejak Langkah Televisi Indonesia Dari Era Analog ke...Oct 06, 2016 Comments Off on On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio
On Air To Online Pengantar Penyiaran Radio Industri siaran...Jul 10, 2014 Comments Off on Panduan Wawancara Televisi
Judul Buku: Panduan Wawancara Televisi Nama Pengarang:...Jul 10, 2014 Comments Off on Radio is Sound Only
Judul Buku: Radio Is Sound Only Pengantar & Prinsip...Jul 10, 2014 Comments Off on Kamus Istilah Penyiaran Digital
Judul Buku: Kamus Istilah Penyiaran Digital Nama Pengarang:...